Supa'at 17 Tahun Geluti Kesenian kuda Kencak

Rela Jual Dua sapi untuk Beli Seekor Kuda

Tidak mudah mempertahankan seni tradisional di era modern.Tapi,tidak demikian dengan Supa'at.Meski tertatih,dia bertahan untuk melestarikan seni kuda kencak sang sudah digelutnya sejak 1999.

KHAWAS AUSKARNI,Jember

SUPA'AT tampat duduk bersila.mengenakan topi merah dan kaus putih di tengah-tengah anggota paguyuban tari kuda kencaknya.Mereka sudah siap dengan perangkat musik kendang dan gemelan sejak hampir satu jam sebelumnya.tampak dua buah kostum kuda kombinasi warna hijau,merah,kuning,serta rumbai-rumbai keemasan yang sedianya akan dipasangkan pada sepasang kuda yang telah disiapkan.Sore itu cuaca sedang hujan deras.pertunjukan kuda kencak di acara hajatan salah seorang warga terpaksa mundur beberapa jam untuk menunggu hujan reda.'Nunggu hujan reda dulu,"kata Supa'at,pemilik paguyuban sekaligus pawang kuda kencak asal Desa balung kulon,balung,ini.
Sudah sejak 1999 Supa'at menjadi seniman kuda kencak.Mulanya,Supa'at ikut sebagai anggota sembari belajar di paguyuban kuda kencak milik salah seorang warga asal wuluhan.Dia mengaku menyimpan minat besar pada kesenian.



Tarif Sekali Main Rp 6 juta Dibagi untuk 36 Orang


bahkan,sebelum aktif di kuda kencak,Supa'at pernah memiliki tim gambus."saya 15 tahun mengelol gambus,"tuturnya.Supa'at absen dari gambus dengan alasan ingin fokus belajar seni kuda kencak yang masih jarang ada di kampungnya kala itu.Setelah sekitar dua tahun ikut orang,akhirnya Supa'at memutuskan membentuk paguyuban sendiri.untuk kepentingan itu,dia menjual dua ekor sapinya untuk bisa membeli seekor kuda di Pasar Rambipuji.Pria yang akrab disapa Pak pa'at ini menjelaskan,sebenarnya untuk menyuguhkan tarian kuda kencak yang komplet dibutuhkan paling tidak dua ekor kuda.Sebab,sesi utama dalam perhelatan kuda kencak adalah"atraksi kuda kembar".Sebuah atraksi dimana sepasang kuda menari-nari mengikuti suara tabuhan kendang dan gamelan.Sehingga,di awal merintis paguyubannya,dia terpaksa meminjam kuda tambahan dari paguyuban lain tiap kali diundang bermain dalam sebuah hajatan."Dulu kalau ada tanggapan,saya pinjam kuda punya teman,"kata Supa'at dengan polosnya.Menurut Supa'at,di masa-masa awal menjadi penggiat kuda kencak,masih banyak paguyuban kuda kencak di Jember,utamanya Wuluhan.Sehingga,untuk meminjam kuda terlatih yang khusus untuk pertunjukkan kencak tidaklah sulit.Diakuinya,tidak semua kuda bisa dipakai untuk kuda kencak.Kuda Khusus untuk kesenian kuda kencak haruslah dilatih terlebih dahulu.dibutuhkan waktu antara satu hingga dua bulan untuk melatih kuda sebelum akhirnya isa menari-menari seperti kuda kesurupan.Supa'at sendiri pada perjalanannya juga mempunyai keahlian melatih kuda kencak.Sehingga,saat dulu kesenian tersebut masih marak,dia kerap dipercaya pemilik paguyuban bisa melatih dan mengendalikan kuda,alias menjadi pawang.Sebagaimana manusia,kuda juga memiliki daya tangkap yang berbeda-beda saat dilatih."Istilahnya IQ kuda itu beda-beda,ada yang jongkok,ada yang tegak,'ucapnya sambil bercanda.Kuda akan di perintah untuk memeragakan tarian tertentu melalui tali tampar yang terikat. dibagian kepala kuda.Pawang lantas menggunakan tampar yang dia pegang tersebut sebagai kendali.Cara ini mirip dengan yang kerap dijumpai pada topeng monyet.Dari pengalaman Supa'at,kuda Sumbawa merupakan jenis kuda yang bagus dipakai sebagai kuda kencak.Jenis kuda lain yang juga kerap dipakai dan lebih murah harganya adalah kuda blaster dan kuda kampung.Untuk bisa menikmati sajian tari kuda kencak,supa'at mematok tarif Rp 6 juta sekali main.Uang yang didapatkannya itu lantas dibagi rata dengan anggota paguyubannya yang berjumlah 36 orang tersebut.Kendati demikian,supa'at menilai,pendapatan dari hasil kuda kencak tidak bisa dijadikan sebagai sandaran utama ekonomi.Dia sendiri menggeluti dunia kencak lebih sebagai hobi,bukan profesi.supa'at memiliki pekerjaan utama sebagai petani dan pedagang sapi."Alhamdulillah sekarang saya sudah punya empat ekor kuda,"ujarnya,bangga.Dia bercerita,setelah beberapa tahun membawa kesenian kuda kencak ke kampungnya,ada belasan warga lain di daerah tersebut yang kemudian coba membuat paguyuban baru,termasuk saudaranya sendiri.Namun,mereka keliru niat.Kawannya sesama seniman kuda kencak tersebut satu demi satu gulung tikar lantaran sepinya tanggapan.Supa'at mengakui saat ini kesenian kudak kencak memang sudah jarang sekali dikenal.Belum tentu dalam sebulan datang satu undangan.hal itu berbeda jauh dibanding dengan daerah asal jaran kencak di Lumajang.Di lumajang,menurutnya,tiap 1 Desember pemerintah daerahnya menggelar festival jaran kencak.'Pemerintahnya punya perhatian lebih,"katanya.Sehingga,hingga detik ini paguyuban kuda kencak di lumajang masih bergeliat,meskipun secara umum jumlahnya menurun dibanding era-era sebelum 90-an.(c1/har)

Sumber:Jawa Pos Radar Jember 26 September 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar