Nur kholifah,Qariah Nasional asal Sempolan Kecamatan Silo

Sempat Ditolak Tampil Baca Qiraah Karena Perempuan

Menjadi juara MTQ(Musabaqah Tilawatil quran) tingkat nasional bagi Nur Kholifah SAg,memang menjadi beban tersendiri.Selain harus mampu mempertahankan prestasinya,dia juga dituntut untuk bisa mencetak kader-kader juniornya.Agar tradisi membaca Alquran berlagu(qiraah)tetap bersemai di lingkungan keluarga dan komunitasnya.

SHODIQ SYARIEF.
Jember



DI kalangan pecinta dunia qiraah,nama Nur Kholifah tak asing lagi bagi warga Jember dan sekitarnya.Hampir setiap acara bernuasa keagamaan,khususnya di Pemkab Jember,dia kerap di undang untuk membaca Alquran.Maklum,suaranya memang begitu indah dan cukup merdu didengar,sehingga banyak orang atau instansi ingin mengundangnya.Kegemaran Kholifah,panggilan akrabnya,melantunkan ayat-ayat suci dengan keindahan suara dan lagunya,memang telah dimulai sejak balita.Kebetulan hampir seluruh keluarganya memiliki hobi baca Alquran,meski tak sehabat kholifah."Saya beruntung ketika usia remaja ada guru yang mau membeni hobi saya,'ujarnya,kepada Jawa Pos Radar Jember.Dia mengakui sejak usia anak-anak kerap mengikuti MTQ baik tingkat desa maupun kecamatan.Namun selama itu pula dia tak pernah meraih juara,kecuali beberapa kali juara harapan.Namun dia pantang menyerah,dan terus memacu semangat untuk belajar dan berlatih lebih intensif lagi.



Mengidolakan Hj Nursiah Ismail dan Hj Maria Ulfah


"Banyak teman-teman,begitu gagal lomba,lalu putus asa,"imbuhnya.Keberhasilannya meraih juara satu justru saat duduk di bangku SLTA(Aliyah)tahun 2001.Yakni saat MTQ Nasional tingkat Kabupaten Jember,yang kemudian berlanjut ke tingkat Provinsi Jatim.Namun di tingkat provinsi ini kembali Kholifah gagal melaju ke tingkat Nasional.itu dalam hal Lomba MTQ yang diselenggarakan pemerintah tiap dua tahun sekali.Untuk MTQ di luar pemerintah,perempuan kelahiran 29 Juli 1985 ini,kerap meraih juara satu hingga ke tingkat nasional.Terakhir ketika mengikuti MTQ antar mahasiswa se-i-Indonesia di Palembang tahun 2007.Dia mengalahkan ratusan kafilah dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta,termasuk dari perguruan tinggi keagamaan, seperti IAIN dan sejinisnya.Dia mengakui menjadi juara dalam MTQ memang menjadi harapan hampir semua peserta.Namun gurunya juga wanti-wanti agar impian menjadi juara hendak nya tidak menjadi tujuan utama.Sebab,berlomba dalam baca Quran tidak sama dengan lomba-lomba lain.Sebab,Alquran adalah kitab suci,yang tidak cukup hanya dibanggakan saat berlomba."ketika membaca qiraah,hati setiap pembaca harus ikhlas hanya demi sang khaliq,"jelasnya.Kini,setelah menjadi ibu rumah tangga,istri dari Nurul Huda,tetap mempertahankan dunia qiraahnya menjadi aktivitas rutin sehari-hari.Paling tidak,ibu dua anak kelahiran kalibaru,Banyuwangi ini menyepatkan baca Quran sedikitnya satu sampai dua jam.Selain beribadah,kata dia,juga sekaligus untuk melatih suara dan napas,agar tidak menurun kualitasnya.Tentu saja,di luar masa datang bulan,yang memang dilarang oleh agama.Menurut anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Moh Imron dan Rodhiah ini,justru di usianya yang tidak remaja lagi ini,kegiatan qiraah terasa lebih padat.Dia kerap diundang baca qiraah di mana-mana,ditambah tugas rutin mengajar Alquran dibeberapa tempat.Bahkan selama dua bulan ini,dirinya telah menjadi karyawati Universitas Islam Jember (UIJ),yang tugas khususnya untuk mencari dan melatih mahasiswa yang ingin belajar qiraah.Selama menjalani aktivitas hobinya itu,tak jarang mengalami hal-hal di luar dugaan,bahkan memprihatinkan.Di antaranya,pernah diundang untuk membaca qiraah pada acara walimatulhaji di daerah Bondowoso.Semua persiapan telah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.Bahkan dia rela naik motor dari rumahnya di sempolan,Kecamatan Silo,menuju perbatasan Jember-Bondowoso.Teryata,setelah sampai di lokasi acara,mendadak diurung-kan oleh tuan rumah.Alasannya,ada kiai yang bertugas menjadi penceramah,menolak kehadiran seorang perempuan untuk baca Alquran.kalau diteruskan,sang kiai mengancam akan membatalkan berceramah dan pilih pulang.Tentu saja si tuan rumah kelabakan,dan minta maaf kepada Kholifah.Pernah juga Kholifah diundang baca qiraah di Wilayah Jember utara,acara peringatan Isra Mkraj.Begitu naik panggung,dan baru membaca,ada permintaan dari pembawa acara,agar segera menghentikan bacaannya.Pasalnya,sang penceramah keburu naik panggung,karena akan pindah tempat dan diburu waktu."Terpaksa saya hanya membaca satu ayat pendek,"tutur Kholifah.Karena itu,lanjut alumnus fakultas Agama Islam UIJ ini setiap akan membaca qiraah di suatu acara,dia sudah mengantisipasi panjang-pendeknya waktu.Dan,itu bukan hal yang sulit bagi Qariah profesional seperti halnya Kholifah.Bahkan lagu-lagu yang ditampilkan juga sudah diatur sedemikian baik.sehingga tak mengurangi keindahan lantunan yang dibaca.Menyinggung tentang qariah favoritnya,Kholifah menyebut nama Hj Nursiah Ismail dan Hj Maria Ulfah,juara internasional di tahun1980-an.Bahkan dia menyimpan kaset-kaset kedua qariah ternama itu,selain kaset lain.Sedangkan guru qiraah yang dianggap paling berjasa mengantarkan dirinya menjadi qariah seperti saat ini,antara lain KH abdul Hanan(Ledokombo),dan Ustad H Fachrurrozi,yang kini penjabat Kanwil Kemenag Jatim.Dia juga bersyukur salah seorang putranya,Farhan Zaki,14,memiliki bakat yang sama dengan ibunya.Anak pertama yang kini nyantri di Ponpes Sukorejo,Asembagus,Situbondo itu,telah beberapa kali ikut MTQ dan juara."Mudah-mudahan dia bisa mewarisi hobi saya yang lebih baik,"pungkasnya.(sh/c1/hdi)



Sumber:Jawa Pos Radar Jember 20 September 2016









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar