Pusaka Pandhalungan,Sebuah Perpaduan Keris dan Celurit Madura

Sengaja Diciptakan untuk Memperkuat Identitas Jember

Tidak semua produk budaya,lahir dari sebuah originalitas karya masyarakat lampau.Produk terbaru pun bisa aja memiliki ruang beraktualisasi.Seperti Pusaka Pandhalungan,ciptaan seorang warga Kencong.seperti apa?

RULLY EFENDI,Jember

DISEBUT
pusaka.Bukan kris,meski memiliki pamor layaknya pusaka khas Jawa.Memilikinlengkungan dan tajam,juga tak mau disebut celurit Madura.Bukan karena bentuknya jauh lebih kecil.Namun pembuatannya ingin menyebut Pusaka Pandhalungan.Pusaka yang dibuat Agus Sri winarto,Bukan hasil peninggalan sejarah.Sebab dia sengaja mendesain pusaka berkarakter Jember.Seperti budaya yang memadukan Jawa dan Madura,yang kemudian disebut Pandhalungan.Pusaka ciptaannya pun tak alin hasil dari perpaduan keris dan clurit.Belum genap satu tahun.Namun pusaka ciptaannya sudah banyak dikenal.Setiap harinya ada saja pemesan.Bahkan,sudah mulai kirim ke Makasar."Promosinya dari mulut ke mulut,"tuturnya.Meski sudah terjual ke luar daerah,dia tetap menegaskan bahwa namanya Pusaka Pandhalungan.Membuatnya tidak sulit.Bahannya bekas piringan cakram motor.


Baham dari Bekas Piringan Cakram Motor


Namun yang beda,senjata itu diproses tidak seperti celurit maupun keris pada umumnya.Sebab tidak ada proses pembakaran seperti di pande besi.Pembuatnya hanya cukup menfaatkan mesin gerinda dan amplas.
Mulanya,baja bekas cakram dipola sesuai disain yang diinginkan.Kemudian digergaji.setelah mulai terbentuk,baru kemudian di pertajam menggunakan mesin gerinda.baru setelah itu besi diperhalus dengan amplas.
Tidak cukup dengan satu amplas.Agus menggunakan amplas ukuran 360,1.000,2.000 hingga ukuran 5.000.Bentuk amplas disesuaikan dengan tahapan penghalusan besi.Tidak perlu diperputih lagi,karena cakram sudah putih.'Hanya menghaluskan butuh waktu lumayan lama,"akunya.
Satu pusaka bisa diselesaikan satu hari.Sengaja memilih cakram,karena teksturnya mudah dipola.selain itu,kompoisi logam yang dominan berbahan baja,diyakininya lebih kuat.apalagi,bendanya relatif tidak mudah karat.
Setiap pusaka yang dihasilkan,dia jual mulai harga Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.Semua disesuaikan dari tingkat kesulitannya.Meski demikian,barang dagangannya cukup laris dijual di pasaran."Keunggulannya juga bisa jadi senjata lempar,"jelasnya.
Meski barang yang dijualnya laris manis dipasaran,namun dia tidak bisa mengembangkan lebih besar lagi.Sebab dia belum mampu mengkader pembuat pusaka lainnya.Persoalannya ada pada minimnya peralatan.
Betapa tidak,warga yang tinggal di Dusun Gumuk Banji 2,RT 003,RW 031,Desa/Kecematan Kencong itu baru bisa berkreasi di kandang ayam samping rumahnya.Peralatannya serba sederhana.Namun bicara kualitas,suami Mujiati itu berani memberi garansi.Bahkan,garansinya uang bisa kembali.
Di samping ramainnya pesanan.Dia mengaku waswas.Sebab tidak menutup kemungkinan,karya ciptaannya dibajak orang.Namun dia tidak bisa berbuat banyak kecuali pasrah.Sebab mendaftarkan hak paten produknya,dia tidak punya biaya dan tak tahu cara,"Saya lebih ikhlas temuan saya ini dihibahkan untuk Pemkab Jember.Ketimbang dibajak orang lain,'tuturnya.
Dia optimis,Pemkab Jember akan mengakomodir ciptaannya.Terlebih,pemerintah daerah saat ini sedang concern memasyarakatkan produk lokal.Belum lagi keseriusan menggarap destinasi wisata dan eksplorasi budaya.
"Harapannya,semoga saja ada kepedulian dari pemerintah,"katanya.(ru1/c1/hdi)


Sumber:Jawa Pos Radar Jember 30 September 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar