Satar,mantan Penjaga mayat yang Jadi Wisudawan Tertua Unej

Tak Canggung Kuliah Bareng Teman yang Seumurannya Anaknya

Faktor usia biasanya menjadi penghambat bagi seseorang untuk menempuh pendidikan akademik tinggi.Namun,hal ini tidak menjadi penghambat bagi satar yang menjadi wisudawan magister tertua dalam wisuda angkatan pertama tahun 2016 pekan lalu dengan usia 53 tahun.

RANGGA NAHARDIKA,Jember

UPACARA wisuda periode 1 tahun akademik 2016/2017 Universitas Jember di Gedung Soetardjo ada yang menarik.Yakni sosok pria yang sudah tua tampak sumringah menggunakan toga kebesaran khas menyelesaikan studi.Tentu pemandangan ini banyak mengundang perhatian.Pasalnya,usia bisa di bilang dia sudah tidak muda lagi.Ya,dialah Satar SE MM.Pria ini baru saja meraih gelar S2 dari program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas Jember sehingga berhak menyandang gelar Magister manajemen(MM).Sehingga pria yang sekitar sebulan lalu diangkat sebagai Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas Jember ini pantas gembira dengan raihan gelar akademik yang diraihnya di usia 53 tahun.



Paling Tua tapi Paling aktif Kuliah


jelas,bukan usia yang muda lagi untuk seseorang yang mau berkuliah di usia yang sudah tua itu."ukan hanya gelar magister manajemen,saya juga meraih gelar wisudawan tertua lho,"ucap kakek satu cucu kelahiran Jember,30 Oktober 1963 silam ini.Dua Buah hatinya memang sempat tidak mau kuliah S2.ternyata,setelah Satar kuliah S2 dan lulus,kedua anaknya pun mau mengikuti jejak ayahnya untuk kuliah lagi.Di balik kesuksesannya menyelesaikan studi di sastra dua,tergambar jalan panjang penuh kerja keras,pengorbanan,dan keikhlasan.Pasalnya,saat kuliah sudah tidak muda lagi.Dirinya kuliah dengan sebagian besar rekan-rekannya adalah anak muda seangkatan anaknya.namun,dirinya mengaku tidak canggung dan senang bekerja sama dengan bekerja sama dengan anak muda dengan ide cemerlang."Meski paling tua tapi paling aktif lho,"ucapnya.Walaupun dirinya paling tua diantara teman seangkatan,dia mengaku tidak mau kalah dengan yang muda-muda.Usia boleh tua,tapi semangat belajar harus seperti anak usia 17 tahun,"candanya lagi.Satar menjelaskan dari segi kuliah sebenarnya tidak ada yang dirasa sulit.Hanya saja memang harus pintar-pintar membagi waktu kuliah dengan pekerjaan yang diampunya.Bruntung dengan kerja keras,dirinya pun bisa menyelesaikan studi tersebut tepat waktu yakni dua tahun.Satar mengaku hingga kemarin masih belum percaya sudah menyelesaikan studi S2.Dia pun mengingat-ingat perjalanan hidupnya."Saya memulai karier di Unej tahun 1984,"ucap Satar.Dirinya saat itu menjadi tenaga laboratorium anatomi Program Studi Kedokteran Gigi yang kini menjadi Fakultas Kedokteran.Dirinya mendapatkan tugas untuk merawat mayat yang digunakan untuk praktik mahasiswa atau cadaver.Mulai dari menerima jenazah,menyiapkan jenazah dikerjakan sendiri."Sebelumnya memang sempat di Soebandi(RSD dr Soebandi),"cerita Satar.Sambil bekerja,Satar memutuskan untuk terus menuntut ilmu guna meningkatkan kualitasnya.Satar memutuskan kuliah di pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan(PAAP)Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang kini berubah menjadi Program Diploma,dan lulus tahun 1988.Tidak mau berhenti di level diploma,Satar melanjutkan kuliah S1 manajemen di STIE Kosgoro Jember."Mecari ilmu itu kewajiban dari lahir hingga ke liang kubur,"begitu penjelasan Satar saat ditanya mengapa getol sekolah walau usia sudah tidak muda lagi.Satar lantas menambahkan bahwa baginya belajar tak kenal usia.Bahkan,saat mendartarkan diri di program S2,usianya sudah menginjak 51 tahun.Genap empat semester,Satar berhasul menyelesaikan tesisnya yang berjudul pengaruh kualitas layanan dan kepuasan serta Loyalitas pada Pasien rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember.Dirinya pun sudah mengabdi selama 32 tahun di Unej.Dia menjadikan semangat dan ikhlas sebagai prinsip dalam bekerja.Tidak heran jika Satar memiliki  track record yang baik di mata pimpinan,sehingga di tahun 1999 dan 2000 mendapatkan gelar pegawai teladan,"kara Satar.
Satar juga mengakui dukungan keluarga sangat penting baginya,Terutama dari sang istri dan anak-anaknya."Saya bangga dengan suami saya,karena dia telah memberikan inspirasi bagi kami dan para koleganya untuk terus belajar,belajar dan belajar,"tutur Sukarni sang istri sambil melirik suami tercintanya.(c1/hdi)

Sumber:Jawa Pos Radar Jember 17 September 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar