Keluarga "Bengkel" yang Eksis Turun-Temurun

Awalnya Membantu , lalu diajari suami Mbengkel
tidak banyak satu keluarga mengeluti profesi yang sama.yang sedikit itu teryata ada keluarga Mutmainah.secara turun-temurun,dirinya,suami,dan anak-anaknya memiliki profesi"mbengkel."

KHAWAS AUSKARNI,jember

SIANG itu dengan cekatan Mutmainah mereparasi sebuah sepeda di bengkelnya yang sangat sederhana.dari cekatannya itu,tampak sekali bila dia sangat terbiasa memperbaiki sepeda pancal.perempuan iti sudah berusia 65 tahun. Mutamainah yang tinggal di Dusun banjarsari,Desa sabrang, Ambulu,itu sudah puluhan tahun mengelut profesi yang lazim dilakoni kaum adam.bersama Almarhum suaminya,dia menekuni profesi itu sejak lama. kali pertama akrab dengan berbagai alat perbengkelan karena suaminya,poniman.sang suamilah yang bekerja sebagai tukang servis sepeda pancal.Di kala muda, Mutmainah kerap membantu pekerjaan suaminya tersebut."Awalnya ya bantu-bantu ngambilkan peralatan,seperti engkol dan lain-lain,'katanya.
Maklum,waktu itu suaminya bekerja seorang diri tnpa disertai asisten.


aktivitasnya membantu sang suami,Mutmainah pelan-pelan mulai terlibat membetulkan langsung sepeda yang datang di bengkel.Lantas,sang suami yang secara tidak sengaja mengajari dirinya hingga bisa merepasi sepeda.
Seperti saat ditemui Jawa pos Radar jember, dia mampu menyebutkan dengan akurat peralatan-peralatan bengkel yang kerap ia gunakan tersebut.mulai dari obeng plus,obeng minus,tang,engkol,dan peralatan repasi lain.padahal,berbagai peralatan itu tidak lazim bagi kebanyakan perempuan.
Mutmainah lantas mengingat ingat pengalamannya belajar mbengkel dari suaminya.awal-nya, kemampuan yang ia kuasai.lebih dulu adalah memasang ,ban sepeda.sambil membawa peralatan yang dia sebut cukit,Mutmainah coba meragakan bagaimana caranya memasang ban speda.
seiring berjalannya waktu,keahliannya mereparasi sepeda mulai meningkat.dia mengaku kerap mendapatkan pelanggan yang bermaksud merakit sepeda.Umumnya,mereka membawa bagian-bagian sepeda secara terpisah,mulai dari rangka,ban,velg,setir dan yang lainnya.Disitu Mutmainah disuruh merangkainnya menjadi sepeda utuh.

Hingga akhirnya,dia diminta sepenuhnya oleh suaminya untuk mengelola usaha bengkel sepeda pancal tersebut.sementara itu,poniman ,sang suami,menjalankan usaha baru ,bengkel,motor yang juga berada di halaman rumahnya tersebut.
Keahlian mbengkel pasangan keluarga tersebut teryata menular kepada beberapa anaknya.dari tujuh anaknya,dua diantaranya saat ini juga berprofesi sebagai tukang servis kendaraan.
Kendati demikian,perempuan yang akrab di sapa mbok de oleh para pelanggannya ini menuturkan,saat ini dia tidak seaktif dulu.Hal tersebut lantaran usianya yang sudah tidak muda lagi. selain faktor fisik,Mutmainah baru saja menjalani operasi di bagian lehernya.sehingga ia mengaku kerap menolak jika ada orang datang kepadanya untuk membetulkan kendaraan.kebanyakan yang ia tolak adalah jenis-jenis kerusakan yang membutuhkan tenaga ekstra bagi perempuan seumuran dia.kalau sekadar memasang ban dia masih bisa melayani.Lantaran, kegiatan seperti itu tidak membutuhkan tenaga berlebih.
Dia sedianya sudah berniat pensiun dari kegiatannya tersebut setelah sang suami meninggal"saya maunya pensiun.suami saya sudah ndak ada, jadi kebutuhannya ndak terlalu banyak.selain itu,anak saya juga nyuruh saya supaya istirahat,katanya sudah tua,'pungkasnya sambil tertawa.(har)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar