Melihat Aktivitas Pegiat Seni Kaligrafi di IAIN Jember
Ikut Lomba Langsung Juara, Pameran Karya di Berbagai Kota
Belajar seni kaligrafi tidak mudah, yang terpenting adalah keuletan dan kesabaran. Sehingga menghasilkan karya yang memiliki nilai seni tinggi.
MEI 2016 lalu,puluhan kaligrafi karya anak IAIN Jember dipamerkan di aula kampus. Bahkan, diantara beberapa karya itu ada yang dipamerkan di luar negeri. Selain itu, ada yang meraih juara dalam berbagai lomba.
Pameran itu merupakan salah satu acara para pegiat grafi. Mereka merangkul mahasiswa yang memiliki bakat seni kaligrafi. Awalnya hanya hobi dari perorangan, namun bersatu agar saling memotivasi dalam mengembangkan seni Islam Kaligrafi. "Awalnya hanya lima orang yang suka kaligrafi," kata Ahmad Yaris Amrullah, ketua bidang kaligrafi Instute of Culture and Islamic Studies (ICIS) UPT Pengembangan Bahasa IAIN Jember.
Lima mahasiswa itu rutin bertemu dan belajar bersama. Setiap ada event lomba, mereka tidak lupa untuk ikut menunjukkan karyanya. Hasilnya, pertama kali ikut lomba kaligrafi di Kediri, mereka langsung juara dua dan tiga pada tahun 2014 lali. Meraka semakin semangat, lalu membentuk perkumpulan pegiat kaligrafi di lingkungan mahasiswa. Yaris memasukkan kaligrafi sebagai bidang khusus dalm ICIS agar para penghobi seni Islam tidak kocar-kacir. Mereka dibentuk agar bisa saling belajar dan mengembangkan bakatnya masing-masing.
"Kami bentuk komunitas seni keislaman, lalu merekrut mahasiswa yang punya bakat jelas mahasiswa asal Palembang tersebut.
Sekarang, para pegiat kaligrafi sudah mencapai lebih dari 20 peserta. Baginya, sulit untuk merekrut mahasiswa yang suka dengan kaligrafi. Karena selain tidak mudah, juga membutuhka kesabaran di tengah keterbatasan waktu.
"Kalau sudah tahu, kaligrafi itu manyenangkan," ujarnya. Selain belajr bersama, Yasir juga mengajar mahasiswa baru yang berminat kaligrafi. Tak sembarangan, meraka punya metode sendiri dan sumber guru yang jelas.
Mereka berguru pada Syekh Bilaid Alhamidi dari Maroko. Sehingga, ketika sudah bisa membuat kaligrafi sesuai standar, mereka mendapatkan ijazah. "Kami tidak berguru langsung ke Syekh, tapi melalui muridnya yang ada di Jombang," terangnya.
Setiap ada waktu luang, para pegiat kaligrafi itu berkungjung ke sanggar kaligrafi di Jombang.
Mereka belajar dan sharing bersama tentang ilmu yang dipelajarinya. "Kalau setiap hari sabtu wajib belajar membuat kaligrafi," terangnya.
Kaligrafi yang dipelajari meliputi khot rik ah, diwani dan maghribi. Semua itu memiliki standard sendiri. Sehingga, untuk menguasainya, membutuhkan waktu yang tidak sebentar, memahami ilmu dasar sekitar enam bulan.
Bahkan kertas yang di pakai untuk lukisan kaligrafi didatangkan dari luar negeri Timur Tengah. Seperti kertas Muqohhar yang memang khusus untuk kaligrafi. Hanya cukup tinggi, paling murah Rp 250 ribu. "Kertas itu diawetkan dulu, prosesnya panjang. Tinta juga impor dari Jepang," ungkapnya.
Di IAIN Jember sendiri, masih ada dusa orang yang sudah mendapatkan ijazah dan sah untuk mengajar di mana saja, sampai luar negeri. Untuk itu, Yasir ingin menularkan ilmunya pada mahasiswa baru agar tidak terputus. "Pesan guru kami harus ada penerus yang memiliki ijazah," ujarnya.
Metodenya pun cukup unik, mereka belajar melalui media internet. Karya kaligrafi yang sudah dibuat, discan terlebih dahulu, baru dikirim melalui email ke syekh di Maroko. Dari sana dinilai, apakah karya tersebut sudah layak mendapatkan ijazah atau tidak.
Tak hanya itu, belajarnya juga menggunakan email, lukisan kaligrafi yang dinilai kurang tepat,diberi tanda merah oleh guru. Sehingga, mahasiswa itu memperbaiki kesalahan untuk dikirim ulang. "Setiap tahun, kami mencari bakat mahasiswa dibidang kaligrafi agar terus berkembang," jelasnya.
Tujuannya, kata mahasiswa fakultas ushuluddin, Abad dan Humaniora IAIN Jember itu adalah untuk memperkenalkan Islam yang ramah dan indah. Yakni melalui keindahan seni kaligrafi. "Kami ingin menunjukkan Islam itu sopan, berkarakter dan indah," tutuenya.
Selain itu, kaligrafi juga wadah agar kitab suci Alquran bisa terus terjaga. Kaligrafi yang dipajang banyak mengambil dari ayat-ayat Alquran. Sehingga, bisa terus terjaga sepanjang waktu. (c1/hdi)
Komentar
Posting Komentar