Mengenang Mendiang Prof Dr Muljono Hendrosiswoyo Pendiri Unmuh Jember

Dikenal Gemar Silaturahmi meski Dijauh Dijauhi Koleganya

Tokoh pendidikan Jember,Prof Dr H Muljono Hendrosiswojo meninggal dunia di rumahnya,jalan merapi,Perumahan Semeru,selasa dini hari(4/10)kemarin.Almarhum dikenal konsen dengan dunia pendidikan Termasuk perintis utama berdirinya kampus universitas Muhammadiyah(Unmuh)Jember yang megah saat ini.



RATUSAN pelayat memadati rumah Prof Dr H Muljono Hendrosiswojo,di Jalan Merapi 12/A,kemarin.Mereka ingin memberi penghormatan terakhir bagi putra Muhammadiyah kelahiran Jepara,3 Agustus 1939 itu. Di antaranya dua mantanrektor Unmuh,Madjid Tawil dan Dr Aminulloh Elhady,dan sejumlah pejabat dan Akademis lainnya. Di mata warga Jember,khususnya jamaah Muhammadiyah,nama Muljono tidak asing lagi.selain dikenal sebagai pejuang pendidikan,almarhum juga pernah menjabat dekan FKIP Unej.Namun lebih dari itu,ayah enam anak ini,juga dikenal sebagai pebisnis yang lihai,terutama yang berkaitan untuk memajukan pendidikan.kebesaran kampus bergengsi Unmuh di jalan Karimata saat ini,tak lepas dari peran besar mendiang 14 cucu dan satu cicit ini.banyak orang ber pendapat seandainya tak ada kader"segila"Muljono,rasanya sulit Muhammadiyah Jember memiliki Kampus megah tersebut.Bahkan,Prof amien Rais,sempat berseloroh,seandainya Jawa Timur memiliki tiga orang "Muljono Jember"diyakini akan menghebohkan dunia pendidikan Muhammadiyah.
Memang. kebesaran Unmuh yang kini memiliki puluhan ribu mahasiswa aktif itu bukan hanya jasa seorang Muljono saja.banyak tokoh Muhammadiyah Jember yang ikut andil mendirikannya.Namun sosok Muljono memegang peran sangat penting,karena kenekatan dan keberaniannya untuk mewujudkan mimpi besar pendidikan tinggi Muhammadiyah.Tak heran,meski telah lama meninggalkan Unmuh(karena usia pensiun) masih banyak aset yang tetap atas nama Muljono maupun istrinya,sriyani.
 Dan itu pula yang sempat menjadi gonjang-ganjing hingga ke pengadilan,meski kemungkinan besar sepeninggal Muljono dianggap sudah selesai alias tutup buku artinya,semua aset yang masih atas nama keluarga Muljono dianggap sudah menjadi milik Muhammadiyah.Sebenarnya karya Muljono di bidang pendidikan bukan hanya universitas megah di depan sekolah pelita Hati milik H Arum sabil itu saja.Kampus lama yang, kini menjadi SMA Muhammadiyah,plus lembaga SD dan TK di jalan Mastrip,juga merupakan bagian dari rintisan almarhum dan kawan-kawannya."kami merasakan benar,betapa gigihnya pak Mul(almarhum Muljono,Red)Untuk membangun pendidikan Muhammadiyah,"ujar salah seorang mantan guru TK dan SD Muhammadiyah. Bahwa kemudian sempat terjadi"beda pendapat"antara Muljono dengan kawan-kawannya tentang kebradaan Unmuh,dianggap oleh banyak pihak sebagai dinamika yang biasa. bahkan Dr Aninulloh Efendy,semasa menjadi direktor Unmuh,ingin menjadi rekor Unmuh,ingin mencatat"Tinta emas" di buku statua terhadap jasa almarhum Muljono."saya ingin semua keluarga besar Unmuh Jember kembali utuh,"ujarnya,suatu ketika .Menariknya,meski terjadi"ganjalan psikologis"dengan pimpinan kampusnya,Muljono nyaris tak pernah absen untuk slat jumat di Masjid Unmuh tersebut."saya selalu berusaha datang awal untuk duduk persis di depan mimbar khatib,'ujarnya,kepada wartawan Jawa Pos Radar jember semasa hidup.Dia mengakui,kerap sang khatib merasa "kikuk",karena melihat tokoh Unmuh tersebut jumatan di masjid tersebut.Yang layak diteladani lagi,meski berseberangan secara psikologis,namun jika ada warga(apalagi tokoh)Muhammadiyah meninggal,Muljono berusaha takziah.Dan itu,dibuktikan ketika KH Soetjipno dan Yusnan Arigayo(Tokoh Unmuh)meninggal,Muljono langsung ikut takziah dan berdoa di depan jenazah keduanya."urusan politik atau beda pendapat biasa.Tapi urusan silaturahmi harus di jaga terus,"tuturnya.
Bahkan sebelum Hari Raya idul Fitri lalu,Muljono sempat membezuk KH Baharudin Rasyid,sesepuh Muhammadiyah yang kini juga berbaring dirumahnya.kedua tokoh itu dianggap kerap"berseberangan"tentang pengelolaan kampus Unmuh.Namun jalinan silaturahmi,tetap dilakukan dengan penuh keakraban.Selain itu, yang mungkin agak sulit dikuti jejaknya adalah kebiasaan jalan-jalan pagi setiap hari.Menurut Agung Yunarto putra keduanya,kehabisan ayahanda jalan-jalan pagi bersama sang ibu(istrinya),sudah dilakukan sejak awal-awal berumah tangga,"sejak saya SD sudah melihat bapak dan ibu jalan-jalan pagi.Dan baru berhenti setahun lalu,setelah dirasakan kurang kuat lagi,"ujar Agung. Usai lebaran Idul fitri,tepatnya tanggal 5 agustus 2016 lalu,imbuh agung,ayahnya mengeluh kurang enak badan,sehingga langsung diperiksakan ke dokter.hasilnya,ayahnya dinyatakan terkena kanker pankreas.Meski demikian,Muljono tak pernah mengeluh sakit,walau kondisinya sudah parah,Walau kondisinya sudah parah."ibaratnya,bapak memang dikasih rasa.Makanya,meski sakit tapi tak merasa sakit,"kata Agung.Senin pagi lalu,MUljono hendak dirunjuk ke RS Darmo surabaya,namun karena kondisinya sangat lemah sehingga dibelokkan ke RS PTP 26 kaliwates. Hanya empat hari di rumah sakit,kemudian Muljono minta pulang,karena tak merasa sakit apa-apa.akhirnya, selasa dini hari,sekitar pukul 01.00,Muljono menghembuskan napas terakhirnya."Bapak memang ingin meninggal di rumah,dan jenazahnya juga disalati di rumah,"pungkas Agung.(sh/c1/hdi)

Sumber jawa Pos Radar Jember 5 Oktober 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar