Nostalgia Para Mantan Atlet Jebolan Pusdiklat Ardath Puspa Jawa Pos Jember

Candra Cari Rujak,Finarsih Selfie di Gor Argopuro

Pada tahun 1980 hingga 1990-an mantan-mantan pemain nasional ini digembleng di Pusdiklat Ardath Puspa Jawa Pos Jember.Ahad (11/9), sekitar 40 orang reuni kembali di markas bekas latihan. Apa saja yang mereka lakukan?

LINTANG ANIS,Jember

INILAH yang tampak pada agenda ekshibisi yang dihadiri oleh mantan atlet Pusdiklat Ardath Puspa Jawa Pos Jember mulai tahun 1980-an hingga 2005 silam.Acara ini sekaligus menjadi ajang reuni,karena tak sedikit dari mereka yang kini telah terpencar dan melatih di daerah masing-masing.Beberapa mantan atlet bulu tangkis Jember di antaranya Finarsih yang pernah menjadi juara dunia tahun 1996 di Swiss,berpasangan Lili Tampi.Selain itu tampak pula Candra Berata yang tiga tahun sempat melatih tim bulu tangkis Bali.Bersama puluhan atlet lain,mereka menikmati pertemuan kembali mantan atlet Pelatkab Jember dan tak canggung turun bermain di lapangan.Sementara Alvent Yulianto terpaksa absen karena kesibukan.Dan Trikus Hariyanto yang awalnya siap datang,urung ke Jember karena membawa timnya tim PON Bulu Tangkis Jatim ke Jawa Barat.



Yakin Pusdiklat Akan Bangkit Lagi


Pada era tahun 1980an,Jember memang dikenal sebagai lumbung pemain nasional.Tak sedikit atlet bulu tangkis jebolan pelatkab yang ditarik untuk mendukung Indonesia dalam berbagai kejuaraan dunia.Selain Finarsih,banyak atlet lain yang tak kalah berjaya yang sempat mencecap pendidikan di Pusdiklat Jember.Diantaranya Trikus Haryanto,Toni Gunawan,Maria Kristin,Alven Yulianto,Ika Heni,Ika Jayadi,hingga Eni Yuliati."Masih banyak sebenarnya atlet nasional yang dilatih di Jember,tapi sebagian berhalangan hadir karena harus mengikuti agenda klub-nya masing-masing,"ujar Finarsih ketika ditemui di sela-sela acara.Finarsih sendiri merupakan atlet bulu tangkis yang masuk Pelatkab Jember sejak tahun 1984,dan pindah ke pelantas pada tahun 1986.Bersama pasangannya Lili Tampi,keduanya tampil di berbagai kejuaraan dunia antara tahun 1994-1996,Piala Uber 1994,dan masih banyak gelar juara lainnya.Sementara Candra Berata juga bukan merupakan nama baru dalam bulu tangkis Indonesia.Dirinya bahkan sempat mengikuti pertukaran pelatih di Gifu,Jepang selama tiga tahun.Walaupun memiliki kesibukan masing-masing,Finarsih dan Candra tetap antusias ketika mendapat kabar reuni ini."Undangannya dadakan,sekitar satu minggu lalu,"Candra.Pun halnya dengan Finarsih,yang menyempatkan waktu untuk kembali ke Jember di sela-sela aktivitasnya melatih tim PON Jogjakarta.Datang ke GOR Argopuro Jember seakan membuka kembali memori masa lalu mereka.Kenangan ketika menjalani sesi latihan berat setiap hari muncul satu per satu di benak Finarsih dan Candra.Bahkan,begitu sampai di arena GOR,Finarsih langsung ber-selfie dengan beberapa atlet lainnya di depan pintu masuk.Foto-foto itu langsung dia pamerkan ke pemain lain yang tidak ikut reuni.Mumpung ke Jember,mereka ingin mengulang nostalgia seperti saat mereka berada di pusdiklat.Sejak kedatangannya pada Sabtu(10/9)siang,Candra langsung mencicipi bakso Solo dan rujak yang sudah lama tidak dia nikmati selama di Bali."Habis ini makan mi Apong dan bakso Hanafi,"selorohnya.Makanan itulah yang dulu sering sekali dinikmati bersama para atlet lainnya.Usai sesi coaching clinic pun mereka tak lantas kembali ke daerah masing-masing,namun masih melekan rame-rame di kediaman Ika,salah satu mantan atlet yang kebetulan tinggal di Jember.Kedatangan para mantan atlet selama dua hari itu tak hanya untuk bersenang-senang saja,tetapi juga memberikan pelatihan sekaligus motivasi pada atlet-atlet muda,khususnya di Pelatkab Bulu Tangkis Jember sekarang.Jika di bandingkan dengan erannya,Candra mengaku latihan yang dia jalani jauh lebih berat.Menurutnya,setiap sesi latihan yang dulu dia jalani sudah terjadwal.Setiap hari jenis latihan yang diterapkan oleh pelatih Hari Setiono dan Yopie(almarhum)selalu berbeda."Kita dulu latihan tiga kali sehari.Setiap pagi harus lari,drill dan latihan fisik.Kemudian setiap hari Kamis latihan sore paling panjang,dari jam 4 sore sampai jam 8 malam.Isinya ya latihan fisik dan game.Bahkan setiap dua minggu sekali,kita lari puluhan kilometer seperti tentara,"kenangnya.
Saat ini,kebanyakan atlet di Jember terlahir dari klub bulu tangkis,bukannya pelatkab.Tak heran jika latihan yang dijalani tidak seberat dulu.Sebab pegiat bulu tangkis yang bergabung di klub memiliki latar belakang yang bervariasi."Mereka klub berbeda dengan pusdiklat atau pelatkab.Tidak semua yang ada di klub merupakan atlet profesional,ada yang hanya sekedar hobi.Untuk berangkat ke pelatkab,harus memiliki skill yang benar-benar bagus dan mengikuti seleksi baru kemudian dilatih intensif,"tutur Finarsih.Selain itu,latihan di klub hanya difokuskan pada skill dan power atlet.Tugas pelatihlah yang harus menemukan potensi atlet yang terpendam."Kalau latihannya monoton,tidak akan bisa berkembang.Karena itulah semuanya bergantung pada pelatih,"tegasnya.Insiatif Nono Gunawan,manajer pusdiklat Jember untuk menghidupkan kembali pelatkab Jember disambut baik oleh seluruh mantan atlet yang hadir.Bahkan,Candra mengisyaratkan keinginan hadirnya pusdiklat di berbagai daerah,tidak hanya di Jember saja."Bibit-bibit nasional bisa muncul dari pusdiklat ini,"imbuhnya.Apalagi Jember sempat menjadi kawasan penyuplai pemain nasional terbesar di pelantas.Dulu dalam setiap pertandingan,jika mendengar nama Jember sebagai peserta maka lawan sedah keder duluan.Bisakah Jember mengulang kejayaan di masa lalu?Menjawab pertayaan tersebut,Finarsih dan Candra kompak mengutarakan optimisme mereka."Dulu kita bisa,kenapa sekarang tidak.Apalagi Prof Hari Setiono sekarang bersedia untuk menjadi pembimbing Pelatkab Jember,"kata Finarsih.Menurutnya,masa depan para atlet bulu tangkis saat ini sudah lebih jelas di bandingkan dulu.Inilah yang selalu dia sampaikan setiap kali menyampaikan motivasi kepada para juniornya."Kariernya jelas,kompensasi juga jelas.Selain itu,sekarang juga banyak perusahaan yang merekrut karyawan baru dengan melihat prestasi di bidang olahraga,"ujarnya.(lin/c1)


Sumber: Jawa Pos Radar Jember 14 September 2016











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar