Khusnul Muarifah,Motor Seni Batik dari Desa Andongsari,Ambulu
Terobsesi Menjadikan Desanya sebagai Kampung Batik
Soal membatik,Chusnul sebenarnya masih belum lama.Namun berkat ketekunan dan kepiawaiannya,namanya langsung ngetop.Sehingga dikenal sebagai tokoh batik di kawasan Jember Selatan.HADI-KHAWAS,Jember
AWALNYA ibu rumah tangga biasa.Dia pun dapat pelatihan membatik,ketika di desanya ada Diklat Membatik,beberapa tahun lalu.Program itu memang diperuntukan pada ibu-ibu yang berminat pada seni batik."Lama-lama jadi ketagihan membatik.Teryata ada seninya tersendiri,"kata Khusnul Muarifah,yang kini piawai dalam urusan batik membatik itu.Tak heran,berkat kepedulian dan intensitasnya yang tinggi di dunia batik,kemampuan ibu rumah tangga berusia 35 tahun ini berkembang pesat.Lambat namun pasti,dia membentuk semacam komunitas batik di Dusun Watukebo Desa Andongsari,Kecamatan Ambulu."Alhamdulilah semua lancar jaya,"katanya.Dalam Komunitas penggemar batik se Jember selatan yang beranggotakan belasan ibu rumah tangga ini,mereka saling sharing soal batik."Kini,dalam sebulan bisa menyelesaikan sekitar 50 kain batik,"ujar ibu dua anak ini.
Disnakertrans Bantu Pasarkan Produk sampai Luar Jember
Tetangga-tetangga desa juga mulai tertarik batik membatik.Bahkan anak sekolah usia SMP juga banyak yang ingin belajar pada Khusnul Muarifah ini.Khusus untuk pembatik pemula ini,dia memberikan pinjaman alat-alat untuk membatik.Imbasnya,kesibukan rumah Khusnul pun kian kentara.
Hari-harinya cukup padat.Karena selain ada aktivitas membatik,dia juga harus melatih para tetangganya untuk belajar membatik.Khusnul menjelaskan,pertama kali yang mesti dipelajari dalam membatik adalah menggambar motif.Inilah tahapan yang paling susah.Selepas itu,dilanjutkan dengan mencanting.Ia memeragakan dengan pelan cara mencanting pada lembaran kain polos yang hendak dibatik.Pungkas mencanting,dilanjutkan dengan pewarnaan serta penguncian warna."Terakhir perebusan,"jelasnya.Khusnul Muarifah menyebut,awalnya dia bekerja seorang diri.Bahkan kadang-kadang anak perempuannya yang kebetulan juga gemar batik,turut membantunya.Kini,dia telah memperkerjakan sekitar lima orang tetangganya,sebagai pewarna batik.Walau tak mampu memberi upah layak,paling tidak,Khusnul Muarifah bisa menyumbang tambahan uang dapur bagi mereka yang banyak memiliki waktu kosong di rumah.Nama Khusnul Muarifah yang dikenal sebagai motor seni batik pun kian dikenal di kawasan Jember Seletan.Kian banyak orang yang berduyun ke rumahnya,guna belajar membatik.
Gratis?Ya.Khusnul tak mau menentukan tarif dari hasil ia menularkan keahliannya tersebut.Dia justru berharap,lebih banyak lagi tetangganya yang berkenan belajar mebatik kepadanya."Supaya ibi-ibu rumah tangga yang selama ini banyak menganggur selepas masak,bisa mempunyai aktivitas yang lebih berfaedah serta bernilai ekonomis,"jelasnya.Harga kain batik hasil jerih payah di komunitas ini pun tak mahal-mahal amat.Per lembar kain batik tulis jadi,dia mematok dengan harga sekitar Rp 150 ribu."Saya melihat ada nilai pemberdayaan lewat batik tulis.Membatik merupakan kegiatan padat karya dan siapa pun bisa.Asalkan punya kemauan,"katanya.
Selama ini,dia mengaku kerap memasarkan sendiri produk karyanya dari toko satu ke toko lain.Kemudian dari dinas satu ke dinas lain.Pelan tapi pasti.upayanya berbuah.Terkadang,batik produksinya juga turut dipasarkan oleh disnakertras,sampai ke luar daerah Jember."Dari ini,banyak pembeli asal kota yang memesan,"akunya.
(mg/c1/hdi)
Jember:Jawa Pos Radar Jember 15 September 2016
...Semoga Semakin sukses, dan sehat selalu untuk berkarya.....
BalasHapus