Menyusuri sejarah Perbankan di Museum Bank Indonesia

Masuk Brankas Raksasa Berisi Replika Emas Batangan

De javasche bank adalah embrio perbankan di indonesia. karena sejarahnya yang lebih dari seabad, gedung De javasche Bank di jakarta kini menjadi museum Bank indonesia(BI). wartawan jawa pos Radar jember HARI SETIAWAN pekan lalu mengunjunginya bersama ratusan wartawan daerah dari seluruh indonesia.




GEUNG berarsitektur neo-klasik itu masih berdiri gagah di JL Pintu Utara Besar No 3,jakarta Barat. Berdekatan dengan stasiun jakarta kota dan kawasan kota tua,Di awal abad XIX kawasan tersbut merupakan pusat niaga batavia. DIdirikan pada 1827, gedung yang awalnya dipakai untuk De javasche Bank itu masih tampak kokoh sampai sekarang. kendaraan rombongan berhenti di samping kiri gedung.selanjutnya,kendaraan parkir di halaman belakang yang luas.begitu masuk melaui pintu depan,pengunjung harus naik 17 anak tangga.Di ujung anak tangga ada sebuah ruang lobi yang tidak terlalu luas. Rombongan berhenti di samping kiri gedung.selanjutnya,kendaraan parkir di halaman belakang yang luas.Begitu masuk melalui pintu depan,pengunjung harus nak 17 anak tangga.Di ujung anak tangga ada sebuah ruang lobiyang tidak terlalu luas. Rombongan kami menunggu beberapa saat untuk mendapatkan tiket masuk yang sudah di pesan panitia.sebelum masuk disebuah lorong yang ada di sisikanan tangga,tas-tas pengunjung harus diitipkan kepetugas setempat. Berjalan beberapa puluh meter,setiap pengunjung yang datang berombongan mendapat menyaksikan vidio dokumenter mengenai museum BI.Di sebuah ruang teater yang tidak terlampau luas itu,terdapat beberapa kursi panjang yang disusun bertingkat.


Bisa Melihat Detail sejarah Perbankan dan Ekonomi Indonesia

"Disini kita kan menyaksikan vidio mengenai museum BI,"kata Siti Nila Yuliasari,seorang pemandu di museum tersebut.setelah menyaksikan vidio berdurasi sekitar 15 menit,para pengunjung mulai dipandu untuk menyusuri sejengkal demi sejengkal museum yang dibangun di era Gubernur BI Burhanuddin Abdullah itu.spot pertama adalah sebuah ruang yang berisi diaroma mengenai sejarang datangnya orang eropa ke nusantara.
Di ruang ada replika kapal pinisi yang di pakai saudagar dari bugis untuk berjualan rempah-rempah ke eropa."kapal pinisi yang asli ini terakhir diketahui berada di Madagaskar(Afrika),"ungkap Nila,keluar beberapa langkah dari ruangan itu, pengunjung disuguhi beberapa gambar penjelajah eropa dan asia berikut sejarah singkatnya,seperti Marcopolo,Laksamana Cheng Hoo,Cornelis de houtman,dan alfonso del Barquaqe.di ruang berikutnya terdapat banyak dokumentasi mengenai Bank Van Leening,yang berdiri pada 1746,bank ini lantas dilikuidasi belanda dan di ganti dengan De Javashe bank.beberapa foto lawas mengenai kondisi batavia di tahun 1600-an dipanjang di ruangan itu,yang unik,dilantai bawah yang didesain mirip pigura besar ada beerapa topi dan kostum asli orang belanda dan jepang tempo dulu.semakin masuk ke dalam,pengunjung akan di bawa untuk menyusuri sejarah De javashe Bank.termasuk,diorama berupa dua orang Belanda dan seorang Tiongha di depan brankas raksasa. "Dulu Belanda mendatangkan orang Tiongha ke nusantara untuk ikut membantu membangun Batavia agar sama dengan kota-kota di Eropa," ungkap Nila. Setelah dinasionalisasi pemerintah pada 1961, D Javashe Bank Menjadi Bank milik pemerintah. Melalui Perpres No 17 tahun 1965,bank-bank di Indonesia dilebur menjadi bank Tunggal bernama Bank Nasional indonesia (BNI) Unit 1 sampai V.BNI Unit 1 berfungsi sebagai bank sentral,bank sirkulasi,dan bank umum berdasarkan UU No 13 Tahun 1968.lalu,status BL dikukuhkan sebagai bank sentral dengan UU No 23 Tahun 1999.
Di ruang-ruang berikutya,pengunjung di ajak menyelami pergolakan dan dinamika BL.beberapa kliping mengenai kebijakan BL pada masa revolusi di pampang di dinding.seperti,kliping harian Rakjat dan Merdeka.Termasuk,beberapa kliping koran yang memberitakan kas negara berkuras untuk beberapa proyek mercusuar di era presiden Soekarno,neraca ekspor yang jeblok,dan sebagainya.
Berikutnya,pengunjung juga di ajak untuk menyalami masa'kejayaan"ekonomi Indonesia pada 1980-1990-an.Berbagai kliping korann yang diterima presiden Soeharto di bidang ekonomi ikut di pamerkan.yang selanjutnya,di ruang berikutnya pengunjung di ajak melihat perjalanan krisis ekonomi menjelang 2000-an.
Selanjutkan, para pengunjung bisa melihat diorama brankas raksasa yang menjadi tempat penyimpanan emas batangan disusun disebuah ruang kaca berukuran sekitar 2x2 meter. karena suasana dan view yang unik,di ruangan ini banyak pengunjung yang berfoto dengan latar emas batangan. "kapan lagi foto dengan emas batangan segini banyak walaupun  kw,hahaha,"kata Faktul Hadi,seorang rombongan wartawan dari daerah.
Menjelang spot Terakhir,dengan penataan yang apik dan artistik,pengunjung bisa melihat berbagai mata uang Indonesia,sejak era kerajaan di nusantara samapi mata uang dari berbagai daerah.(hdi)

Sumber: Jawa Pos Radar Jember 10 Oktober

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar