Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar

Datang subuh-subuh Biar Dapat lot pertama

keberadan caddy cukup penting di lapangan golf.figur inilah yang membantu golfer tampil optimal.Di Hendra jaya Driving Range Tegalbesar, ada sekitar 10 orang menggantungkan nasib sebagai caddy.

 HADI SUMARSONO,jember

NAMANYA Zaenal, asal Dusun Gumukbago Kelurahan Tegalbesar Kecamatan Kaliwates Jember. Pria sekitar 35 tahun ini sudah empat tahun lamanya mengabdikan diri sebagai caddy, di Hendra jaya Driving Range-tegalbesar.
Meski hanya sebuah tempat untuk melatih driving range satu-satunya di kota jember itu tetap membutuhkan jasa seorang caddy.Tugas caddy di mini golf ini tak hanya melulu menyiapkan 100 bola dalam keranjang yang harus dipukul oleh golfer yang sedang berlatih saja.namun,kadang zaenal harus ikut turun ke lapangan mungil itu, jika si golfer mencoba memasukkan bola kedalam hole yang tersedia.
Nah,jika sang golfer mengajak turun lapangan inilah, maka sang caddy di pastikan akan mendapat extra-tips,yang nominalnya minimal sekitar Rp 50 ribu, per sesion.
bagi zaenal, jumlah itu terbilang lumayan.karena jika sang golfer hanya berlatih memukul di atas karpet(tak turun lapangan), sang caddy hanya duduk terpekur menyiapkan bola yang akan dipikul oleh sang golfer itu sendiri."satu keranjang boa ini isinya 100.


Ramai Job jika Hari sabtu dan Minggu


semua harus dipukul.karena ini hanya latihan memukul saja,'jelas zaenal,kemarin.
Bagi zaenal, dunia caddy adalah jadi dunianya sekarang.Tinggal disekitar lapangan golf,memberikan berkah tersendiri baginya.sulitnya dunia kerja sekarang membuat zaenal mau tak mau terjun sebagai caddy.Tak butuh waktu lama untuk belajar.karena caddy tak begitu sulit untuk dipelajari.yang terpenting,tamu-tamu yang bermain golf di tempatnya bekerja puas dengan apa yang dilakukannya.
Menurut zaenal,penghasilannya sebagai seorang caddy relatif termasuk pasang surut.jika ramai,dia dan kawan-kawan bisa meraup ratusan ribu rupiah sehari.Namun jika sedang sepi,kadang hanya bawa pulang uang puluhan ribu saja.
tak ada tarif resmi. sekali melanyani tamu bermain(menyiapkan bola), dia hanya mendapat imbalan sekitar Rp 200 ribu saja.Namun jika sang golfer mengajak turun golfer ke lapangan,dia mendapat honor minimal sekitar Rp 50 ribu.Bahkan jika yang main golf kebetulan seorang penjabat,dia mendapat uang minimal Rp 100 ribu.
"karena jika turun ke lapangan,harus mengikuti sang golfer kemanapun pergi, sambil membawa dan menyiapkan alat-alat golf," jelasnya.selain sebagai caddy,dia teryata juga nyambi sebagai tukang potong rumput di driving range tersebut.sebagai seorang caddy di Tegalbesar,zaenal tidak sendiri.Total ada 10 caddy lain yang mencoba mengadu nasib seperti dirinya.Bahkan sekarang ada lagi tiga anak baru(cadangan) yang ikut belajar gabung di driving range terebut."Namanya rejeki,walau sedikit ya dibagi-bagi," kilahnya.karena rata-rata caddy di sana adalah warga sekitar lapangan golf itu tersendiri.Masa ramai job bagi zaenal dkk adalah hari sabtu dan minggu.karena di akhir pekan itu,banyak orang yang berlatih golf.Bahkan bukan hanya golfer asal jember saja,pegolf asal lumajang dan kota tetangga juga banyak yang berlatih di Hendra jaya Driving Range Tegalbesar itu.
Mereka juga ikut panen,jika pas akan ada lomba atau kejuaraan.karena menjelang pertandingan itu,para golfer di pastikan berlatih dilapangan tersebut.Yang menarik,antar-caddy tidak saling royokan tamu.Meraka antre terbib dalam menjalankan tugas,sesuai jam kedatangan para caddy itu sendiri.yang datang awal adalah yang pertama berhak melayani golfer itu tersediri.Tak heran, para caddy biasanya usai subuh sudah berada di lapangan biar dapat 'lot' pertama.'karena terkadang yang main juga sangat pagi.jadi harus ada caddy,'jelasnya.
semua caddy di Driving Range juga tampak kompak.tidak saling gontok-gontokan."penghasilan kami memang tak banyak. Namun setidaknya sudah cukup untuk membantu ekonomi keluarga kami.Apalagi juga ada waktu luang yang kami manfaatkan selain jadi caddy.caru rumput misalnya,"pungkasnya.(hdi)

Sumber jawa Pos Radar Jember 17 Oktober 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren