Radiudin,Tukang Sampah yang Bisa Naik Haji

Nabung Dikit-Dikit,Jika Nemu Rongsokan Bagus Dijual

Pergi Haji memang butuh biaya.Namun bukan Berarti harus menunggu kaya.Buktinya,seorang tukang sampah juga bisa berangkat haji.Seperti apa?

RULLY RFENDI,Jember

GANG menuju SMAN 3 Jember,ada sebuah depo sampah yang ramai setiap paginya.Bau Busuk sampah cukup menyengat.Saat melintasinya,seperti ingin segera meninggalkan tempat itu.Meski tak pernah bisa,karena antrean gerobak sampah yang berjumlah puluhan,terkadang sukses membuat macet jalan.Berbeda dengan pria bernama Raidiudin.Setiap harinya,minimal tiga 03.00 dini hari bergulat dengan sampah.Mulai pikul 07.00 hingga pukul 10.00.Terkadang bisa lebih.Karena truk yang tak kunjung datang.Kadang,Gerobak sampah yang terlambat datang.Bau busuk sampah sampai tidak pernah dia rasakan.Tubuhnya yang kotor,bagian dari sebuah risiko pekerjaan.Namun berkat dedikasinya menjadi tukang sampah,pria berumur 51 tahun itu pun bisa berangkat naik haji di tahun ini.Bapak tiga orang anak itu sudah sejak tahun 1993 menjadi tukang sampah.Empat tahun belakangan dia bertugas di Depo Lingkungan Muktisari,Kelurahan Tegal Besar,Kaliwates.


Berangkat Haji Tepat Tanggal Ulang Tahun


Meski rumahnya berjarak sekitar 20 kilometer,pria yang akrab disapa Pak Nur rela berangkat pagi dari rumahnya yang ada di Dusun Bunder,Desa Sumberpinang,Pakusari.
Nama Pak Nur Bakal berganti Pak Haji Nur.Sebab namanya sudah tercatat dalam anggota rombongan jamaah haji asal Jember lainnya,pada 14 Agustus 2016.Tepat tanggal hari ulang tahunnya.
Menjadi calon jamaah haji,bukan kejutan yang mendadak datang begitu saja.Namun lebih tepatnya,karena rencana panjang yang dia lalui penuh perjuangan.Si tukang sampah itu pun harus nyeper,cari rosokan di tengah tumpukan sampah.Hasilnya,dia tabung untuk ongkos naik haji.Biaya tahun 2009 silam."Saat itu kena Rp 20 juta,"akunya.

Mencari sampingan dengan memungut barang bekas yang bisa dirupiahkan,sangat logis dia lakukan untuk tambahan biaya hidup.Apalagi saat awal dia bekerja jadi tukang sampah.Di mana gaji setiap hari hanya dibayar seribu rupiah.Tunjangan bulanan cukup Rp 5 ribu.Total honor per bulan yang dia terima tal lebih Rp 35 ribu.
Seperti pesan kedua orang tuanya,Raidiudin tak pernah mengeluh dengan keadaan hidupnya.Karena dia yakin,tuhan bakal memberi berkah dalam setiap pekerjaan yang dia syukuri nikmatnya.Bener saja,setelah bekerja 23 tahun,dia pun bisa mewujudkan cita-citanya,pergi ke Tanah Suci dari hasil'bersahabat'dengan tumpukan sampah.
Dia memang tidak bisa berangkat dengan istrinya,Maryati.Lagi-lagi dia pun yakin,sang istri bakal menyusulnya pergi ke Tanah suci Dengan waktu yang berbeda.Apalagi Maryati salah satu orang yang mendukungnya pergi berhaji.

"Istri saya yang selalu memberi semangat.Dia saat saya mulai pesimis karena kesulitan uang dia pula yang meyakinkan saya bahwa Allah Pengasih,"ujarnya.Bahkan sang istri diakui sangat perhatian dan lebih memilih pengiritan uang belanja,ketimbang suaminya tidak bisa setor cicilan ongkos haji.
Meski serba pas-pasan.Namun menurut Radiudin,kekuatan sedekah mengalahkan tantangan kesulitan ekonominya.
Bahkan meski dia hanya membawa pulang uang seadanya,kewajiban bersedakah tetap dia keluarkan.Sebab dia yakin,sedekah cara terbaik memperlancar rezekinya.(rul/c1/hdi)


Sumber:Jawa Pos Radar Jember 7 Agustus 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar