Menengok Aktivitas Penyandang Difabel di Kecamatan Ambulu
Camat Rela Turba bersama Muspika sambangi Para Difabel
Keterbatasan fisik bukan menjadi halangan tampil berkarya.Terlebih ada semangat yang mendorong sebuah potensi.Seperti yang dilakukan para difabel yang ada di Ambulu.Seperti apa?RULLY EFENDI,Jember
PERCAYA diri.Meski awalnya sempat malu-malu.Para difabel di Kecamatan Ambulu,naik panggung dengan mengenakan seragam putih hitam.Mereka ada yang duduk di kursi roda,pakai kruk,bahkan ada juga yang buta.Para difabel itu tampil layaknya grup panduan suara.
Tidak semuanya menyanyi.Satu diantara mereka memetik gitar.Sementara Sang leader,menjadi dirigen sekaligus pembaca puisi,Meski ada yang versuara sumbang,lagu Tuhan yang dipopulerkan grup legendaris Bimbo,terdengar begitu mengharukan.
Bukan hanya penonton yang dibuat menangis.para talent di atas panggung juga meneteskan air mata.Bahkan Wakil Bupati(WabuP)Abdul Muqit Arief,sampai menghabiskan lima lembar tisu.Lembaran tisu dia gunakan untuk menghapus air mata di pipinya.
Semakin membuat penonton tertegun.Saat Sri Lestari membacakan puisi soal kehidupan seseorang difabel.Dia begitu menjiwai.Bahkan naskah puisi ditulisnya sendiri.
Berkumpul dan Membentuk Organisasi Perpenca ambulu
"Dulu saya malu.Bahkan mereka tak mau.Tapi sekarang engakau hadir menyemangatiku.Bupatiku.Bunda Faida,"Begitu salah satu puisi yang dibacakan Sri Lestari.
Sepintas memang tidak disangka,jika dia seorang difabel.Namun setelah diamati,salah satu kakinya ternyata palsu.Sri mengaku masih bersyukur,karena dia bisa dijalan meski dengan kaki palsu.Bahkan,dia memiliki keluarga yang normal.Setiap harinya,dia berdagang es di selatan simpang empat ambulu.
Sri dan para personel panduan suara lainnya,satu diantara lima ratusan penyandang difabel yang ada di Kecamatan ambulu.Mereka mulai move on berani tampil di depan publik.Bahkan yang sebelumnya mengurung diri di rumahnya,mulai berani memegang mikrofon ikutan menyanyi.Semua karena mereka sudah ada yang peduli memperhatikannya.
sutarman,camat Ambulu itu yang giat turun ke bawah(turba).Bersama muspika serta semua kepala desa (Kades) di wilayahnya,dia rajin mendatangi rumah para difabel.Penyandang disabilitas dengan mental lemah,menjadi prioritas kunjungannya.Meski kemudian,ada semacam follow up yang dilakukan aktivis difabel lainnya.
"Kemudian mereka berkumpul.Sampai akhirnya membentuk sebuah organisasi yang mereka sebut Perpenca Ambulu," jelas Sutarman. Setelah melihat semangat para difabel muncul, baru kemudian dia memfasilitasi dengan kegiatan produktif. Bukan hanya show off, namun lebih kepada penguatan mental.
Tugas berikutnya, para difabel di Ambulu harus eksis dengan kekompakan dan gotong-royong. Memiliki kesamaan rasa, menjadi tugas yang harus tumbuh dalam jiwa setiap jiwa masyarakat. Sebab sejatinya, cacat fsik tidak hanya dialami sejak lahir. "Kecelakaan bisa membuat kita cacat fisik. Sebelum kita yang mengalaminya, kita harus peduli kepadanya," tutur mantan camat Kalisat tersebut.Dia mengaku, pernah sesekali duduk di kursi roda. Melakukan sebuah refleksi jiwa. Meski hanya sebentar, dia mengaku tidak mudah menjalani hidup dengan sebuah keterbatasan fisik. (rul/cl/hdi)
Sumber : Jawa Pos Radar Jember 26 Agustus 2016
Komentar
Posting Komentar