Ketika orang Tua Hebat Diapresiasi Pemerintah

Bapak Buta Huruf,Anak Doktor dari Jepang

Dibalik sukses anak,pasti ada orang tua hebat di belakang.itulah yang ingin diangkat dan diapresiasi pemerintah dengan memberikan penghargaan kepada 15 pasangan orang tua hebat,dalam Semarak Pendidikan Keluarga,yang di gelar di kantor Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,Jakarta,Sabtu(30/7).Wartawan Jawa Pos Radar Jember Hari Setiawan berkesempatan bertemu dengan para orang tua hebat itu.

BOIMIN.Ya,hanya itu.Tetapi,Wartini dan Wagito amat bangga dengan anaknya tersebut.Bagaimana tidak,dari lima anak yang lahir dari rahim Wartini,hanya Boimin yang tetap hidup sampai sekarang.Empat anak lainyya meninggal saat balita karena kekurangan gizi.Wartini dan Wagito dalam potret keluarga miskin dari paron,Ngawi.Pendapatan dari berjualan ayam kampung di pasar tidak benar-benar mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga."Kulo sadean pitik dateng peken(saya jualan ayam di pasar,Red),"kata Wagito,dengan logat Jawa yang medhok.


Musa Mewakili Indonesia MHQ Internasional di Mesir


Puluhan pasangan keluarga dan panitia dari Kemendikbud yang hadir di Hall Merica,Menara Peninsula Hotel,Slipi,Jakarta,tertawa mendengarkan pernyataan Wagito.Pendidikan Wartini lulusan SD,sedang Wagito hanya sampai kelas 4 SD.Keduanya bangga,dari seorang anaknya yang tersisa itu,Boimin bisa menjadi orang yang sukses.Berstatus sebagai asisten dosen di Universitas Brawijaya(Unibraw),kini Boimin melanjutkan S2 di University of Massachusetts,Amerika Serikat,"kata Wartini,dengan nada bangga,yang disambut tepuk tangan seisi ruangan.

Wartini dan Wagito adalah sepasang dari 14 pasangan orang itu hebat yang menjabat penghargaan langsung dari Mendikbud Muhadjir Effendy dalam rangkaian Semarak Pendidikan keluarga di Jakarta,akhir pekan lalu.Orang tua hebat yang mendapat penghargaan ini diseleksi dari seluruh Indonesia,"ujar Direktur Pendidikan keluarga Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud Sukiman.Masih ada pula pasangan orang tua Suparno dan Tunas Setyawati.Sebagai pekerja serabutan di pekalongan,Suparno pria buta huruf. Kemiskinan lekat dengan kehidupan pasangan yang dianugerahi enam orang ank ini.

 Di tengah impitan ekonomi yang menyesakkan dirinya, Suprno bertekad tidak akan membiarkan anaknya putus sekolah. "Biayanya pasti ada, bismillah saja," ujar Suparno. Dan benar Miftakhul Huda, putra sulungnya, usai lulus  SMA mendapat beasiswa belajar di Jepang. Padahal, sebelumnya Huda sudah diterima seleksi di STAIN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Karena ada tawaran beasiswa itulah, Huda memutuskan terbang ke Jempang. Studi S1 dan S2 dilaluinya dengan cemerlang. Bahkan saat S2, Huda ditetapkan sebagai lulusan terbaik. Kedua orang tuanya pun diterbangkan ke Jepang demi melihat dirinya memakai toga kebanggaan.Lulus S2,Huda langsung mendapatkan tawarkan beasiswa S3.Tanpa banyak pikir,tawaran itu diambilnya.Dalam tempo dua tahun,Huda sudah meraih gelar dokter di bidang sel matahari.Gelar akademik pamungkas itu diselesaikannya saat dirinya berusia 27 tahun.

Ada lagi Nafsiah,seorang single parent,yang istimewa.Menjanda pada 1996,Nafsiah harus membesarkan 12 orang anaknya seorang diri.Saat suaminya meninggal,baru empat orang anaknya yang menikah.Sedangkan delapan anaknya masih sekolah dan kuliah.Dengan berbagai daya,Nafsiah memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya.
Berpeluh selama belasan tahun membesarkan anaknya seorang diri,kini Nafsiah sudah menikmati hasilnya.Dari 12 orang anaknya,sebanyak 10 orang berprofesi sebagai dokter.Sedangkan dua lainnya masing-masing sebagai desainer busana dan PNS di Pemkot Depok.Dengan kondisinya itu,pada 2010 lalu ibu dengan 34 orang cucu itu mendapat rekor dari MURI sebagai keluarga dengan jumlah dokter terbanyak dalam satu keluarga.Di antara deretan orang tua hebat itu,ada La Ode Abu Hanafi.Pria asal Bangka Barat,Provinsi Bangka Belitung itu,memiliki seorang anak yang istimewa.Musa,namanya."Musa hafal Alquran 30 Juz saat berusia lima tahun setengah,"ujarnya,sisambut decak kagum hadirin.

Yang luar biasa,Ramadhan lalu Musa mewakili Indonesia dalam Musabaqoh Fifdzil Quran(MHQ)Internasional di Mesir.Di even berkelas dunia itu,Musa berhasil meraih juara 3.Meski demikan,capaian itu sangat istimewa karena podium itu berhasil disabet seorang bocah."Musa tidak bisa ikut ke sini(Jakarta,Red)karena saat ini mewakili Babel di MTQ(Musabaqoh Tilawatil Quran)di Mataram,NTB,Saya berangkat ke Jakarta dari Mataram,ungkap La Ode.
Selain mereka,masih ada 11 pasangan orang tua yang mendapat penghargaan dari pemerintah.Mendikbud Muhadjir Effendy berharap,pemerintah daerah ikut memberi perhatian besar pada pendidikan keluarga.Termasuk,ikut memberikan apresiasi kepada orang tua hebat di daerah masing-masing.
"Saya yakin,di daerah masih banyak orang tua hebat lainnya.Yang sangat mungkin di Pelosok,jauh dari Jakarta.Mereka itulah yang layak mendapat apresiasi,"tuturnya.Dalam kesempatan itu,kelima belas pasangan orang tua hebat itu mendapat penghargaan langsung dari Mendikbud.(c1/hdi)

Sumber:Jawa Pos Radar Jember 4 Agustus 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar