Cerita Mahasiswa Polije yang Belajar di Tiongkok dan Thailand

Beternak dengan Teknologi Modern,Tak Ada yang Manual

Banyak pengalaman inspiratif yang diperoleh para mahasiswa Politeknik Negeri Jember(Polije)yang ikut pertukaran pelajar di Tiongkok dan Thailand.Utamanya,pemanfaatan teknologi di segala sektor pertanian dan perkebunan.

BAGUS SUPRIADI,Jember

AHMAD Agus Subekti,mahasiswa jurusan peternakan studi produksi ternak,mendapat pengalaman yang beberapa yang berharga saat pulang dari Tiongkok.Dia belajar tentang banyak hal,mulai dari budaya,teknologi,peternakan,dan metode pembelajaran.

8 April 2016,bekti bersama teman-temannya diberi kesempatan untuk ikut pertukaran pelajar di Jiangshu Agri-Animal Husbandry Vocational College(JAHVC)."Saya tertarik kesana karena ingin belajar budaya Tiongkok,"katanya.

Saat hendak berangkat,orang tua Bekti sempat kaget dan merasa tidak percaya bahwa dirinya akan studi ke luar negeri.Namun,akhirnya tetap dizinkan berangkat."Sampai di bandara,saya tidak diizinkan berangkat."Sampai di bandara,saya tidak menyangka benar-benar bisa ke Tiongkok,"akunya.

Bekti tinggal di asrama mahasiswa.Minggu pertama,dia berkunjung ke tempat-tempat bersejarah yang ada di negeri tirai bambu tersebut.Seperti ke museum,tempat wisata,dan lainnya.



Kenalkan Budaya dan Kuliner Indonesia


setelah itu,dia mulai belajar di kelas dan laboratorium kampus.disana dia menghabikan waktunya untuk melihat cara orang Tiongkok beternak.Terutama,teori yang mereka gunakan serta teknologi yang dimanfaatkan.

Tk hanya itu,dia juga belajar metode pembelajaran yang diterapkan di Tingkok.Disana,istirahat dilakukan sebelum pelajaran dimulai."Istirahatnya sepuluh menit,"ujarnya.Sedangkan salat,dirinya tetap diizinkan dan diberikan tempat.

Setelah teori peternakan,bekti langsung terjun ke lapangan untuk menerapkan langsung teori yang sudah dipelajari.ternak yang dipelajari itu adalah babi dan ayam."Semuanya menggunakan mesin,tak ada yang manual,"terangnya

Diakuinya,China memang cukup canggih dalam penggunaan teknologi.Sehingga,hasil yang diperoleh maksimal."Di sana kami juga belajar cara penggunaan mesin,"tuturnya.
Budaya yang bisa ditiru dari tiongkok adalah kedisiplinan.Masyarakat disana dikenal sangat tepat waktu dalam segala hal.sehingga,bisa maju diberbagai bidang.

Pengalaman belajar di luar negeri juga didapatkan oleh Helmi Zulharmansyah ketika belajar di Raja Mangala University of Technology Thanyaburi(RMUTT),Thailand.Selama setahun,dia menempuh studi disana."satu semester kami kuliah,setelah itu magang di perusahaan,setelah itu magang di perusahaan,"ucap Helmi.
Mahasiswa jurusan peternakan itu menilai,peternakan di Thailand cukup maju karena memanfaatkan teknologi.Di sana maju sistem negara yang dipakai adalah kerajaan."selain itu,karena penduduknya yang lebih sedikit,"terangnya.

Cuaca di Thailand sendiri cukup panas.Hal itu memicu warga Thailand untuk maju.Mereka menggunakan teknologi agar hasil ternak yang dihasilkan lebih maksimal."Di sana,dosen juga sangat dihormati,bahkan tidak ada guyon sama sekali,termasuk kepada yang lebih tua,"jelasnya.

sebenarnya,tambah Helmi,kemajuan di Thailand karena mudah mengatur warganya.sebab,titah raja merupakan segalanya.Selain itu,setiap provinsi diberi bidang masing-masing.Misal,provinsi A khusus untuk pengembangan pengetahuan,provinsi B khusus untuk pertanian dan lainnya.

Kesempatan berada di Thailand di manfaatkan sebaik mungkin.Sehingga mereka bisa menerapkannya ketika pulang ke Indonesia.Memajukan peternakan masyarakat dengan teori dan praktek yang sudah dipelajari.

Disamping itu,para mahasiswa yang belajar di dua negara itu menampilkan kebudayaan Indonesia.Mulai dari kesenian sampai kuliner."saat ada acara,kami pamerkan kuliner soto,rawon dan rujak cingur,"akunya.
Bahkan,mereka juga tampil di atas pentas ketika ada acara kenegaraan.seperti penampilan tari,atau permainan musik Indonesia,"Semua mahasiswa negara lain yang belajar disana menampilkan kebudayaan masing-masing,"tandasnya.(har)

Sumber:Jawa Pos Radar Jember 22 Agustus 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar