Muhammad Lefand,Penyair Nasional yang jadi Guru di Ledokombo
Sering Diundang Sarasehan,Kaget Jember Minim Apresiasi
Terus berkarya dimanapun berada.Itulah Muhammad Lefand,penyair yang namanya sudah terkenal di dunia sastra nasional.Dia menceritakan keluh.Dia menceritakan keluh kesahnya,termasuk minimnya apresiasi seni sastra di Jember.RANGGA MAHARDIKA,Jember
SOSOKNYA cukup sederhana.Hanya dengan menggunakan baju putih lengan panjang serta celana kain tetapi dengan senyum yang selalu mengembang di bibirnya.Sekilas memang tidak akan ada yang menyangka bahwa pria istimewa.Bahkan orang lebih mengenalnya sebagai guru di SDN Sumbersalak 1 dan SD Islam nurul Islam,Desa Slateng Kecamatan Ledokombo.
Namun,siapa sangka jika sosok pria itu penyair muda yang cukup diperhitungkan.Bahkan dia cukup terkenal di dunia sastra Indonesia.Dialah Muhammad Lefand,penyair muda asal sumenep yang kini tengah mengabdi menjadi guru di Ledokombo.Namun,tidak banyak yang mengetahui siapa sebenarnya pria yang menjabat sebagai Sekretaris Gerakan pemuda Ansor PAC Ledokombo ini sebenarnya.
Di balik sikap sederhana,ternyata pria kelahiran Sumenep,22 Februari 1989 ini ternyata memiliki banyak prestasi di dunia sastra.
Gandeng FS Unej Gelar Pekan Budaya
Diantaranya pada 2013 lalu menjadi penulis terbaik kategori puisi versi Warung Antologi Award.Juga menjadi juara nasional dalam sayembara naskah kategori puisi dari Kementrian dari Pendidikan dan Kebudayaan RI,"juga masuk dalam Young Change Maker dari Asoka Indonesia,"tutur M.Lefand lirih.
Bukan hanya itu,dirinya juga sering menghadiri acara membaca puisi bersama dengan penyair nasional.Seperti Dimas Indriana Senja,kurnia hidayati.Bahkan terakhir pada 2016 lalu ikut diundang sarasehan pertemuan penyair Asia Tenggara di Singapura.Yang terakhir yakni undangan temu penyair nasional di aceh barat pada September 2016 mendatang."Tapi untuk yang di Aceh masih bingung akomodasi.kalau di Singapure kemarin ditanggung panitia,"ucapnya.
Dia mengaku jika berbagai karya sastra puisinya sudah beberapa kali termuat dalam berbagai buku sastra.Diantranya karya berjudul kupanggil Ayah Ibuku di Antologi Lentera Sastra bersama karya penyair se-Asia Tenggara.Juga ada kepada Presiden di Tifa Indonesia dan masih banyak lagi.Sudah ada sekitar 60 buku antologi bersama yang memuat puisi-puisinya.
"Kalau buku pribadi baru empat,ucap putra pasangan padatun dan Munifah ini sembari menunjukkan buku-buku karyanya.Diantranya Satu kata dua musim,jangan Panggil aku penyair,dan Khutbah Renungan Tak Utuh Jarak dan Jagung.berbagai karya seni sastra puisi ini masih belum menyurutkan semangatnya untuk terus berkarya di kemudian hari.
Lefand mengaku ihwal perkenalannya dengan dunia sastra cukup naik.Yakni saat bungsu dari delapan bersaudara ini menempuh Pendidikan di MA Annawari Desa Saratengah,Kecamatan Blutong,Sumenep.Awalnya dari Iseng membuat puisi dan ternyata dimuat di majalah Hirison pada 2006 silam.Saat itu dimuat di rubrik kaki langit yang cukup terkenal ketat untuk karya puisi.
Namun dirinya bisa membuktikan dan dimuat dalam majalah itu.Sehingga membuatnya termotivasi untuk terus menulis puisi.Bahkan kemudian sejumlah karyanya termuat dalam berbagai media dan buku.Termasuk saat dirinya pindah ke Jember pada 2008 silam,tetapi tidak membuatnya surut menulis puisi.Meskipun kini lulusan Universitas Islam Jember disibukkan berbagai kegiatan mengajar namun tetap akan terus menulis.
Namun,Lefand mengakui iklim sastrawan Di Jember berbeda dengan Sumenep."Di Jember geliat sastra terutama penyair dan puisi tidak terdeteksi,'ucapnya.Dirinya merasakan perbedaan yang jauh dengan daerah asalnya sumenep.Dia mengatakan generasi muda dan masyarakat tidak terlalu memberikan apresiasi terhadap sastra.
"Di Jember dilihat dari sejarahnya memang kurang minat di sastra,"kata Lefand.Di mana masyarakat Jember lebih tertarik untuk hal yang bersifat ekonomi dibandingkan dengan sastra yang tidak memberikan jaminan dari segi ekonomi.
Tetapi dirinya tidak menyerah dan berusaha mengeliatkan sastra di Jember.Salah satunya saat menggandeng Fakultas Sastra Unej menggelar pekan budaya.Bahkan saat itu sempat mengeluarkan buku dengan sastrawan se Tapal Kuda dengan Judul Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa.Bahkan saat itu Lefand menyumbang tiga puisi dalam buku tersebut.(c1/hdi)
Sumber:Jawa Pos Radar Jember 20 Agustus 2016
Komentar
Posting Komentar