Upaya Penggemar Musik Keroncong Tetap Eksis di Jember

Agar Kekinian,Kolaborasikan Keroncong Dengan Rock

Harus diakui,musik bergenre keroncong seperti'megap-megap'di Jember.Namun,masih ada segelinter oraang yang peduli dengan irama musik ini.Mereka tergabung di pamori Jember.

 KHAWAS AUSKARNI,jember


SUARA khas alat Musik Oulele mengalun di kantor Desa Wonorejo,Kencong,siang itu.irama itu kian mendayu-dayu ketika okulele itu bersahu-sahutan dengan suara biola.sementara kalangan bapak-bapak,dengan anturis melantunkan lagu keroncong dengan tipikal cengkok yang spesifik."ini sedang ada Festival Kerocong ini Legenda tahunan yang diselenggarakan secara rutin olehpaguyuban Artis Musik keroncong Indonesia (Pamori)Jember,"kata Danu Hartati,ketua pamori.Ibu berusia 65 tahun ini sudah dua periode menggawangi paguyuban yang didominasi generasi'sepuh'tersebut.Baginya,Festival keroncong seperti itu merupakan salah satu ikhtiar dari pengurus pamori jember guna mnggeliatkan kembali musik keroncong."sekarang kan jarang-jarang.siapa lagi kalau bukan kami-kami yang kebetulan penggemar musik keroncong ini,"lanjutnya.


Coba gandeng Generasi Muda Lewat UKM


sebagai ketua Pamori,Danu memang sangat berharap generasi muda melirik musik yang menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa itu.Terlebih, beberapa tahun silam, sempat menjadi insiden di mana musik keroncong berusaha diklaim oleh negeri tetangga."itu(Klaim negara lain,Red) karena sepinya perhatian pemerintah,"kilahnya.Untuk itulah,pengurus pamori(tak hanya di Jember ),sudah mulai masuk ke ranah komunitas muda guna memberikan pengenalan.salah satunya, pamori jember menggandeng beberapa
perguruan tinggi di jember dengan menempatkan kesenian musik keroncong sebagai salah satu unit kegiatan Mahasiswa(UKM). Untuk bisa survive,pengurus pamori juga harus bersikap fleksibel.caranya,dengan memasukkan unsur kekinian dalam musik keroncong itu sendiri. saat ini,pihaknya sudah melakukan upaya tersebut dengan mengapdopsi lirik-lirik pop ke dalam pergelaran keroncong.Bahkan tak hanya jenis pop.Musik-musik bernuasa barat seperti reggae,rock,dan sejenis-nya juga sudah masuk kedalam irama keroncong.upaya tersebut terbukti membuahkan hasil positif.Danu membuktikan dengan kenaikan tren anggota Pamori.Akan tetapi faktanya tak mudah untuk menerapkan inovasi tersebut.Di dalam paguyuban yang berdiri sejak 1978 di jember tersebut,ada juga yang masih berpikiran kolot.sehingga,saat musik keroncong berusaha dikolaborasikan dengan jenis musik lain,tak sedikit yang menolak.Menurut pensiunan PNS tersebut,saat ini ada sekitar 17 grup keroncong dikabupaten Jember.Lebih dari itu, sudah tampak partisipasi anak-anak muda di dalamnya.
Kendati belum terlalu banyak,sekitar 20 persen anggota Pamori merupakan anak muda berusia sekitar 23 tahunan."Grup-grup ini ikut dalam festival yang digelar di Kantor Desa Wonorejo(23/10).,"ucapnya bangga.
Sementara Ridwan,salah satu penggemar keroncong yang mewakili unsur remaja mengaku,sekitar empat bulan dia insesif berlatih keroncong."awalnya hobi pop.Namun di kenalkan(Musik keroncong)oleh kepala Desa wonorejo Arik Wahyudi,"jelasnya.Dia beralasan,ketertarikannya pada musik keroncong lantaran unik.Tidak semua orang bisa memainkan alat musik keroncong. Sedangkan Arik Wahyudi,32,Kepala Desa Wonorejo sekaligus Ketua Panitia kegiatan Festival berujar,keprihatinannya pada masa depan keroncong mendorongnya untuk merangkul pemuda setempat yang bisa di ajak bergabung dalam grup keroncong yang dia kelola.
Kendati baru empat bulan melahirkan grup keroncong didesanya,Arik mengaku sudah sejak Smp aktif di keroncong di kabupatenJember masih seperti megap-megap.'sejauh ini pemerintah daerah hanya sebatas mendukung,namun tak men-support secara langsung,"katanya.
Bahkan,gelaran festival rutin tersebut didanai secara swadaya oleh para anggota Pamori sendiri.Sehingga,kendala kerap datang menjelang hari-H pelaksanaan festival."karena sulit pendanaan sehingga para anggota saling lempar masalah lokasi acar,"pungkasnya.(mg1/c1/hdi)

Sumber Jawa Pos Radar Jember 27 Oktober 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar