Menengok Kehidupan warga Binaan Di Lapas Kelas IIA Jember (2)

Dianggap Bapaknya Penghuni Lapas,Ahmad Sudiyono Dipanggil Abah

Tidak akan ada orang yang mau memilih dipenjara.Begitu pula para penghuni lapas.Namun ketika takdir mengantarkan mereka mendekam di balik jeruji besi,hanya keikhlasan yang mampu menjadi jawabannya.Pun demikian sikap Ahmad sudiyono,mantan Kadispendik Jember.

RULLY EFENDI,Jember


TAK ada kesan menakutkan.Menemui orang bertato memang banyak didalamnya.Wajah-wajah sangar banyak di dalam lapas Jember.Namun di balik sangarnya wajah,ada keramahan sikap dari penghuni lapas itu sendiri."Saya menemukan banyak saudara di dalam lapas ini.Mereka memiliki solidaritas tinggi,"begitu kata Ahmad Sudiyono,salah seorang warga binaan Lapas Jember.Meski sebagai warga binaan baru,dia tak begitu kesulitan beradaptasi dengan lingkungan barunya.Semua karena kekerabatan sudah terbentuk di dalam lapas.ahmad Sudiyono,mantan Kadispendik Jember yang terjerat kasus korupsi itu dianggap'Bapak'oleh penghuni lapas lainnya.Sikap terbukanya seperti melengkapi kebutuhan di lingkungan lapas.Terlebih dia tetap dermawan meski di dalam tahanan.


Ahmad Sudiyono Menyebut,Lapas Sebagai Rumah Kasih Sayang allah


Mendengar keluhan teman sesama penghuni Lapas,dia langsung turun tangan membantunya.Tak heran jika penghuni lapas kompak memanggilnya dengan sebutan Abah.Abah Ahmad,menjadi figur panutan baru penghuni lapas tersebut.Dia bukan hanya berperan menjadi Bapak,melainkan juga guru bagi para penghuni lapas.Guru mengaji tepatnya.Mengaji bukan hanya baca AL-quran,namun lebih pada pembangunan karakter religus.Selain menjadi guru mengaji,dia juga imam salat subuh.
Dia sadar,tak ada orang kuat yang bisa tetap hidup tegar di dalam jeruji besi.Namun semua harus dijalani dengan ikhlas.Karena hanya ikhlas yang membuat hati lapang.Seperti dia menyebut,lapas sebagai rumah kasih sayang Allah.Di rumah itu dia sadar tentang nikmat Tuhan yang perlu disyukuri.Pesan Tuhan yang menyadarkan umatnya untuk bertobat."Tidak Semua orang di dalam lapas pasti jahat.Di luar bisa jadi lebih banyak penjahat.Kenapa penghuni lapas harus tetap bersyukur,karena ini bukti masih sayang Allah,mengingatkan umatnya yang pernah bersalah,"begitu cara Ahmad Sudiyono,memberi nasihat kepada tiga penghuni blok anak.dia menekankan tiga anak dibawah umur itu tetap optimis meraih masa depannya,kelak ketika sudah di luar jeruji besi.Sebagai bapaknya penghuni laps,Ahmad Sudiyono begitu senang melihat penghuni lain gemar berwirausaha.Melihat ada yang bersemangat berwirausaha,dia memosisikan sebagai pemberi modal.Mulai dari pembuat gorengan hingga kerajinan tangan,dia modali dengan ikhlas.Meski modal tak kembali dia tak mempermasalahkan."Mereka ingin berubah.Saya harus hadir mendukungnya,"tuturnya.Bicara kerajinan tangan mase in Penghuni Lapas Jember,Ahmad Sudiyono menilai ada potensi yang sangat tinggi.Padahal biaya pembuatan kerajinan sangat murah.Apalagi bahan baku kerajinannya,bisa dibuat dari bahan daur ulang.Tak heran,jika produk Lapas Jember pernah meraih penghargaan dari Kemenkum HAM.Mantan Kepala Disperindag dan ESDM Jember,itu mengaku masih tetap memiliki keinginan membangun Jember meski dari dalam lapas.Membangun kekuatan produk lokal,bakal dia implementasikan dengan produk khas seperti Suwar-suwir.Bahkan,empat alat pembuatan Suwar-suwir sudah dia rencanakan hadir lapas."Selain mendukung produk lokal,saya ingin penghuni lapas tetap produktif dan bisa mandiri,"tuturnya.Dia masih bersyukur,karena keluarga besarnya masih memperhatikannya.Apalagi kolega kerja masih sering mengunjunginya.Bahkan orang yang mau mengunjunginya Ahmad Sudiyono,harus inden jauh-jauh hari.Maklum,karena setiap jadwal besuknya,ada saja orang yang mengunjunginya."Juga ada penghuni lapas yang tidak pernah dikunjungi.Kasihan Seperti mereka yang perlu saya beri perhatian,"ujarnya.Kepedulian yang demikian,membuat nama Ahmad Sudiyono sangat populer di lingungan Lapas Jember.apalagi sikap ramahnya.Sampai semua warga lapas dipastikan mengenalinya.Dia pun aktif berbagai kegiatan.Lomba jenis meja Agustusan pun dia menjadi juaranya.Karena dia ingin tetap bisa bermanfaat,meski kini dia hidup di tempat yang tidak diinginkan semua orang.(rul/hdi/c1/habis)

Sumber:Jawa pos Radar Jember 11 Agustus 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar