Perjuangan Anak Pinggiran yang Ingin Mengenyam Pendidikan Tinggi
Dari Anak Penjual Balon hingga Buruh Tani Raih Bidikmisi
Keinginan enam anak keluarga miskin dari berbagai sekolah pinggiran untuk bisa kuliah di perguruan tinggi itu tinggal selangkah lagi terwujud.Mereka tinggal menunggu surat keputusan(SK)dari Kopertis 7 Surabaya,agar bisa Kuliah gratis melalui program Bidikmisi(Biaya pendidikan Mahasiswa Berprestasi).SHODIQ SYARIEF,jember
WAJAH Inayatur Rahmah,18 dan Kurniawan,20,tampak gembira ketika di undang bagian kemahasiswaan Universitas Islam Jember(UIJ),Kamis pekan lalu.Bersama empat kawan lainnya mereka diminta mengisi formulir kesiapannya menjadi calon mahasiswa yang dibiayai negara,melalui program Bidikmisi,setelah dinyatakan lulus seleksi cukup ketat di Kampus milik NU tersebut.Betapa tidak,jangankan untuk kuliah,bisa menyelesaikan pendidikannya di tingkat SLTA saja Inayah,panggilan akrab Inayatur Rahmah,sudah sangat bersyukur.Sebab,sebagai anak wanita dari keluarga miskin,dia sama sekali tak berpikir untuk melanjutkan studinya di perguruan tinggi."Ayah saya hanya tukang becak,sedang ibu buruh rumah tangga,"ujarnya,agak malu-malu.Usai menamatkan di SMA Negeri Jenggawah Juni lalu,naka pertama dari ketiga saudara pasangan Seniman dan Qibtiyah.
Per Bulan Dapat Uang saku rp 600 ribu
itu hanya berpikir bagaimana segera bisa bekerja membantu ekonomi keluarga.Apalagi kedua adiknya juga masih sekolah,dan pasti butuh biaya.Sementara kedua orang tuanya hanya sebagai buruh yang penghasilannya hanya cukup untuk bertahan hidup.Gairahnya untuk kuliah setelah didorong oleh Nur basuki,pengasuh lembaga Diniyah Di kampungnya,sekaligus tempat bekerja sang ibu.Yakni,bahwa di UIJ menerima pendaftaran calon mahasiswa Bidikmisi."itu pun waktunya sangat mepet.padahal persyaratan yang harus dipenuhi cukup banyak,"imbuh,gadis kelahiran Kauman,Tempurejo,Jember,yang selalu ranking pertama sejak SD itu.hanya diberi waktu dua hari,inayah harus pontang-pating memenuhi persyaratan administrasi,mulai dari keterangan tidak mampu dari desa,surat keterangan dari sekolah asal,dan lain-lain.beruntung,Inayah pernah mengajukan permohonan Bidikmisi Di Unej,meski akhirnya tidak lulus.Nilai ujian Nasional(NUN)SMA-nya tergolong bagus."Nilai UN matematikanya sempurna,sepuluh,"tutur Khusnul,anggota tim penyeleksi Bidikmisi UIJ.Hal sama di alami oleh MOH.Aminudin,18,warga Glagasan Petung,Kecamatan Bangsalsari.Dia mendengar ada program penerimaan mahasiswa Bidikmisi di UIJ dari gurunya di SMK Maarif,Bangsalsari.Bersama kawannya dia mencoba untuk daftar,meski waktunya mepet.Apalagi keinginan untuk bisa kuliah juga sangat besar,karena ingin mengangkat harkat keluarga.sebenarnya,putra pasangan Abdul Qodir dan Rofiatun,yang sehari-harinya berjualan cecek(Kulit kambing untuk kerupuk,RED)sudah diterima di Fakultas Ekonomi Unej,jurusan Akuntansi.Namun karena tak mampu menyediakan biaya sepuluh jutaan rupiah,maka dengan menyesal Aminudin mundur untuk daftar ulang.Beruntung Aminudin Mendengar bahwa di UIJ ada pendaftaraan calon mahasiswa Bidikmisi.Meski jurusan yang tersedia bukan seperti yang diinginkan,namun Aminudin tetap bangga karena masih bisa kuliah di jurusan Bimbingan Konseling,FKIP."Apalagi di sana ada materi kuliah psikologi,"ujar Aminudin,yang gemar membaca buku psikologi.Akan halnya dengan kurniwan,Keinginannya untuk kuliah sebenarnya muncul sejak remaja.Namun menyadari ayahnya hanya penjual balon keliling,rasanya mustahil bisa mewujudkan keinginannya.Bahkan anak kedua dari tiga bersaudara itu,sempat bekerja di Bali sebagai satpam di sebuah toko.Namun karena kondisinya kurang nyaman,dan hasilnya tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,akhirnya berhenti dan pulang kampung.Demikian pula yang dialami oleh Pupy Wirdatus Sa'diyah,asal Kesilir,Kecamatan Wuluhan.keinginannya untuk bisa kuliah tertanam sejak masih SMP.Sebab,dua kakaknya juga kuliah,meski dalam kondisi ekonomi keluarga yang sangat minim.Ayah dan ibunya adalah buruh tani,yang hanya cukup untuk bertahan hidup sehari-hari."Alhamdulillah,ada Bidikmisi di UIJ,"tutur alumnus Sekolah Maarif di Wuluhan tersebut.Bagi mereka program Bidikmisi yang digagas oleh Mendiknas Moh.Nuh Lima tahun lalu itu sangat bermanfaat bagi anak-anak orang miskin yang berprestasi.sebelumnya,banyak anak bangsa yang memiliki kecerdasan intelektual,namun tak mampu kuliah,terutama di perguruan tinggi favorit.sebab,mereka keretbatasan biaya yang amat mahal.selama kuliah(Delapan semester)mereka akan mendapat bantuan pemerintah,baik uang kuliah maupun uang saku.uang kuliah langsung dikelola oleh pihak kampus,sedang uang saku akan diberikan langsung sebanyak Rp 600 ribu per bulan."mereka tidak boleh dikenakan biaya apa pun selama kuliah,'ujar Drs H Lukman Yasir,wakil rektor UIJ,bidang kemahasiswaan.Bagi Universitas Islam Jember(UIJ)mendapat kepercayaan untuk mengawal mahasiswa Bidikmisi memang baru tahun ini.meski ali ini dengan jumlah terbatas,Rektor Drs H Abdul Hadi MM,yakin tahun depan akan mendapat jatah lebih banyak lagi."kami akan mengawal betul mahasiswa UIJ yang mendapat Bidikmisi tersebut,"ujar Abdul Hadi.Bagi mahasiswa penerima Bidikmisi memang harus mampu menjadi teladan baik sesama mahasiswa,terutama di bidang prestasi akdemik.mereka tidak boleh enak-enakan yang mengakibatkan prestasi studinya menurun.artinya,indek prestasi mereka minimal 3,0(tiga koma),ikut aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler,dan menjaga moralitasnya.(sh/c1/hdi)
Sumber Jawa Pos Radar Jember 8 Semptember 2016
Komentar
Posting Komentar