Derita Nia ayu Balita Sumbing yang tak Punya Anus dan Kelamin

Selalu Minum Obat sebelum Makan,Supaya Tak sakit saat BAB

Penyakitnya langka diderita Nia Ayu Wulandari.Anak usia dua tahun asal Dusun Garahan Kidul,Desa Sidomulo,Kecamatan Silo ini mengalami bibir sumbing.Bahkan anak malang juga tidak memiliki kelamin dan lubang pembuangan kotoran.


 RULLY EFENDI,jember

NIA Ayu Wulandari namanya.Dia hanya bisa duduk di kursi roda.Tangan kanannya tercancap jarum infus.sementara bibir atasnya seperti luka,ternyata sumbing.Dia cukup beruntung di siang itu,karena berobat diantara Kepala desa(kades)Sidomulyo dan camat Silo.Apalagi,sumbing di bibirnya segera dioperasi.semua orang yang mengantarkannya lega.Karena balita umur 2 tahun ini bakal tidak sumbing lagi.Mereka berharap bisa melihat gadis malang itu kembali bermain seperti anak seusianya.Namun senyuman yang dinanti ruoanya harus kembali ditunggu.sebab meski sumbing sembuh dioperasi,dia harus menanggung penyakit yang lain lagi.Rupanya,balita itu tidak memiliki anus serta alat kelamin.karena semua lubang pembuangannya tertutup sejak kecil.Namanya balita,Nia Ayu Wulandari masih belum bisa menuturkan keluhannya.


 Tinggal Bersama Kakek karena Ayah dan Ibunya Bercerai


Dia hanya bisa menangis.Setiap mau buang kotoran,orang tuanya harus membuka baju yang dia kenakan.Pakaian di perut depannya juga dibuka.Setelah itu,selang yang menancap adalah satu-satunya alat yang selama ini menjadi saluran anus buatan.Sakit itu pasti.Apalagi sebelum buang air,dia harus meminum obat khusus.Terlambat minum obat sebelum makan,kotoran dalam perutnya akan mengental.Sehingga kotoran ditubuhnya susah dikeluarkan"kalau minum obat,kotorannya baru mencair,"ujar Agustin,ibunya.Sulit akhirnya membedakan.Mana kotoran dari buang air besar atau air kencing.Karena semua dikeluarkan dalam bentuk cair.Mengeluarkannya juga dengan satu lubang buatan.Membeli obat pencair kotoran harus ke Apotek di kalisat.jarak dari rumahnya sekitar 10 kilo meter.Apalagi rumahnya pelosok.Ada di Dusun Garahan Kidul,Desa Sidomulyo,Kecamatan Silo.sampai di apotek,dia harus menebus obat Rp 100 ribu,obat yang dibeli dikonsumsi untuk seminggu.Semakin komplet penderitaan berita malang itu.sudah memiliki penyakit langka,dia juga tak mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya.sebab ayah dan ibunya harus berpisah.Dia pun tinggal bersama kakek dan neneknya.Berobat mahal tentu kesulitan.Apalagi sang kakek memiliki perekonomian pas-pasan.Bisa diharap,hanya bantuan dan kerelaan pemerintah.semakin tenang,jika kartu BPJS kesehatan yang dimilikinya bisa untuk biaya berobat gratis.Meski demikian,mereka tetap optimis ada bantuan dari tangan Tuhan.(rul/c1/hdi)

Sumber Jawa Pos Radar Jember 2 September 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gus Fikri,dari Demonstran Jadi Pengasuh Pesantren

Mengintip kehidupan Caddy di Driving Range Tegalbesar