Mengenal para Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jember
Protap kami, Satu Jam setelah Kejadian harus Ada di TKP
Menjadi relawan,khususnya untuk bencana telinga tebal dan mental kuat. di tengah-tengah penangan bencana alam, sering kali kena semprot,bahkan didamprat korban. itu yang sering dialami puluhan relawan Taruna Siaga Bencana(Tagana)Jember.
NARTO,jember
"KUNCINYA kesabaran,"ungkap Budiono,koordinator Tagana Jember ketika ditemui jawa Pos Radar Jember di Dewld Cafe,kemarin malam.Menjadi relawan bencana bencana alam seperti anggota Taruna Siaga Bencana(Tagana)memang membutuhkan kesabaran,ketelatenan dan mental kuat.sebab, selain harus menghadapi bencana alami sering kali juga harus menghadapi para korban bencana alama yang sedang kesulitan.sebab, yang dihadapi relawan Tagana adalah para korban bencana alam yang sedang kesusahan.Dia menuturkan saat ini Tagana Jember memiliki puluhan anggota yang terlatih.khususnya untuk bidang shalter(tenda),dapur umum.selain itu,juga ada bidang litigasi bencana alam.Tagana Jember sendiri sudah mulai berdiri sejak 2005 silam,tetapi benar-benar eksis mulai 2006.
Saat ini puluhan relawan Tagana tersebar di 26 kecamatan di jember.Ada lima kecamatan yaitu sumberbaru,Tanggul,Arjasa,semboro dan jelbuk yang tidak ada relawan Tagananya.Tagana selama ini masih dibawah naungan Dinas Sosial(Dinsos)Jember.Tepatnya, saat banjir bandang di kecamatan Panti 1 Januari 2006 silam."banjir bandang panti membuat kami para relawan benar-benar mengeluarkan energi ekstra,"imbuhnya.sebab, penanganan banjir bandang membutuhkan waktu yang panjang.sebab,korban yang jatuh juga banyak.Bahkan,sebagian masih ada yang tidak berhasil ditemukan.Baginya,menjadi anggota Tagana merupakan pengabdian,"Namanya saja relawan,harus siap siaga selalu kalau ada bencana alam,"ungkapnya.Tagana merupakan organisasi sosial yang berbasis masyarakat."Siapapun bisa menjadi anggota Tagana,bisa wiraswasta,pengusaha,atau anggota masyarakat biasa,"imbuhnya.Meski demikian,semua anggota Tagana dilatih secara khusus.Yaitu pelatihan menghadapi pra,saat dan pasca bencana alam."Pra bencana melakukan pendataan wilayah rawan bencana,melakukan kajian dan analisa resiko bencana,melakukan penyuluhan,melakukan pelatihan.lalu menghimpun potensi dan sumber-sumber serta peralatan,melakukan penguatan jaringan informasi dan komunikasi.juga menyusun rencana aksi,melakukan pengawasan,pemantauan dan evaluasi,"imbuhnya.Saat bencana,semua sistem diaktifkan.mereka juga menghimpun data dan informasi.menyalurkan bantuan.sampai melakukan antisipasi dampak bencana lanjutan,pasca bencana menyusun bencana rehabilitas,melakukan kajian dampak bencana dan melakukan rujukan.dia mencontohnya saat terjadi banjir di kencong akibat tanggul sungai yang jebol pada 2003 silam, Tagana lebih dahulu berada dilokasi."Protap kami satu jam biasa setelah kejadian harus di TKP.saat di kencong,para korban kesulitan untuk masak.Makanya relawan Tagana yang menyiapkan dapur umum di balai Desa,"imbuhnya.Namun, saat sudah menyiapkan makanan ada korban yang mengeluh dan protes."pada awal bencana yang disiapkan mie instan tapi warga yang jadi korban protes. Makannya kok mie,"imbuhnya.Atas protes itu relawan Tagana memberikan pengertian bahwa sampai tiga hari pertama mie yang disiapkan.sementara susianto salah satu relawan Tagana Jember di Bagian dapur umum mengaku sering di protes."tetapi protes itu bagi kami biasa.Tidak kami ambil hati karena mereka memang sedang dapat ujian."imbuh susianto.untuk mengatur dapur umum memang tidak mudah."orang sering kali menganggap gampang dapur umum.padahal butuh manajemen yang baik agar bisa melanyani para korban.ujar pria yang sejak kecil suka masak tersebut.sebab,manajemen yang baik memberikan pelayanan yang baik pula.Dia menjelaskan Tagana selalu turun langsung ke lapangan jika ada bencana alam."tidak hanya di Jember tetapi juga bencana Nasional seperti meletus nya Gunung Kelud dan Merapi."imbuhnya.Sebab, saat bencana alam seperti Gunung Kelud atau Merapi harus menyediakan logistik,khususnya makan untuk ribuan korban.termasuk untuk relawannya juga selain itu relawan juga harus siap 24 jam."kalau ada panggilan harus siap jam berapapun itu karena bencana alam kan mengenal waktu,"imbuhnya.Divisi dapur umum juga harus memiliki tenaga ekstra.sebab, sudah setiap harinya harus mulai aktif sejak pagi untuk menyiapkan makanan.saat ini fasilitas yang dimiliki Tagana Jember masih minim divisi dapur umum hanya memiliki dua set alat makan."satu kali masak untuk 500 bungkus,"imbuhnya.selain itu,kendaraan operasional juga masih minim.Tagana Jember sangat membutuhkan kendaraan Unit air bersih yang menyatu dengan dapur umum.(hdi)
Sumber Jawa Pos Radar Jember 1 September 2016
Menjadi relawan,khususnya untuk bencana telinga tebal dan mental kuat. di tengah-tengah penangan bencana alam, sering kali kena semprot,bahkan didamprat korban. itu yang sering dialami puluhan relawan Taruna Siaga Bencana(Tagana)Jember.
NARTO,jember
"KUNCINYA kesabaran,"ungkap Budiono,koordinator Tagana Jember ketika ditemui jawa Pos Radar Jember di Dewld Cafe,kemarin malam.Menjadi relawan bencana bencana alam seperti anggota Taruna Siaga Bencana(Tagana)memang membutuhkan kesabaran,ketelatenan dan mental kuat.sebab, selain harus menghadapi bencana alami sering kali juga harus menghadapi para korban bencana alama yang sedang kesulitan.sebab, yang dihadapi relawan Tagana adalah para korban bencana alam yang sedang kesusahan.Dia menuturkan saat ini Tagana Jember memiliki puluhan anggota yang terlatih.khususnya untuk bidang shalter(tenda),dapur umum.selain itu,juga ada bidang litigasi bencana alam.Tagana Jember sendiri sudah mulai berdiri sejak 2005 silam,tetapi benar-benar eksis mulai 2006.
Fasilitas Tagana Jember masih Minim
Saat ini puluhan relawan Tagana tersebar di 26 kecamatan di jember.Ada lima kecamatan yaitu sumberbaru,Tanggul,Arjasa,semboro dan jelbuk yang tidak ada relawan Tagananya.Tagana selama ini masih dibawah naungan Dinas Sosial(Dinsos)Jember.Tepatnya, saat banjir bandang di kecamatan Panti 1 Januari 2006 silam."banjir bandang panti membuat kami para relawan benar-benar mengeluarkan energi ekstra,"imbuhnya.sebab, penanganan banjir bandang membutuhkan waktu yang panjang.sebab,korban yang jatuh juga banyak.Bahkan,sebagian masih ada yang tidak berhasil ditemukan.Baginya,menjadi anggota Tagana merupakan pengabdian,"Namanya saja relawan,harus siap siaga selalu kalau ada bencana alam,"ungkapnya.Tagana merupakan organisasi sosial yang berbasis masyarakat."Siapapun bisa menjadi anggota Tagana,bisa wiraswasta,pengusaha,atau anggota masyarakat biasa,"imbuhnya.Meski demikian,semua anggota Tagana dilatih secara khusus.Yaitu pelatihan menghadapi pra,saat dan pasca bencana alam."Pra bencana melakukan pendataan wilayah rawan bencana,melakukan kajian dan analisa resiko bencana,melakukan penyuluhan,melakukan pelatihan.lalu menghimpun potensi dan sumber-sumber serta peralatan,melakukan penguatan jaringan informasi dan komunikasi.juga menyusun rencana aksi,melakukan pengawasan,pemantauan dan evaluasi,"imbuhnya.Saat bencana,semua sistem diaktifkan.mereka juga menghimpun data dan informasi.menyalurkan bantuan.sampai melakukan antisipasi dampak bencana lanjutan,pasca bencana menyusun bencana rehabilitas,melakukan kajian dampak bencana dan melakukan rujukan.dia mencontohnya saat terjadi banjir di kencong akibat tanggul sungai yang jebol pada 2003 silam, Tagana lebih dahulu berada dilokasi."Protap kami satu jam biasa setelah kejadian harus di TKP.saat di kencong,para korban kesulitan untuk masak.Makanya relawan Tagana yang menyiapkan dapur umum di balai Desa,"imbuhnya.Namun, saat sudah menyiapkan makanan ada korban yang mengeluh dan protes."pada awal bencana yang disiapkan mie instan tapi warga yang jadi korban protes. Makannya kok mie,"imbuhnya.Atas protes itu relawan Tagana memberikan pengertian bahwa sampai tiga hari pertama mie yang disiapkan.sementara susianto salah satu relawan Tagana Jember di Bagian dapur umum mengaku sering di protes."tetapi protes itu bagi kami biasa.Tidak kami ambil hati karena mereka memang sedang dapat ujian."imbuh susianto.untuk mengatur dapur umum memang tidak mudah."orang sering kali menganggap gampang dapur umum.padahal butuh manajemen yang baik agar bisa melanyani para korban.ujar pria yang sejak kecil suka masak tersebut.sebab,manajemen yang baik memberikan pelayanan yang baik pula.Dia menjelaskan Tagana selalu turun langsung ke lapangan jika ada bencana alam."tidak hanya di Jember tetapi juga bencana Nasional seperti meletus nya Gunung Kelud dan Merapi."imbuhnya.Sebab, saat bencana alam seperti Gunung Kelud atau Merapi harus menyediakan logistik,khususnya makan untuk ribuan korban.termasuk untuk relawannya juga selain itu relawan juga harus siap 24 jam."kalau ada panggilan harus siap jam berapapun itu karena bencana alam kan mengenal waktu,"imbuhnya.Divisi dapur umum juga harus memiliki tenaga ekstra.sebab, sudah setiap harinya harus mulai aktif sejak pagi untuk menyiapkan makanan.saat ini fasilitas yang dimiliki Tagana Jember masih minim divisi dapur umum hanya memiliki dua set alat makan."satu kali masak untuk 500 bungkus,"imbuhnya.selain itu,kendaraan operasional juga masih minim.Tagana Jember sangat membutuhkan kendaraan Unit air bersih yang menyatu dengan dapur umum.(hdi)
Sumber Jawa Pos Radar Jember 1 September 2016
Komentar
Posting Komentar